Tutup defisit, utang lokal dan luar negeri digeber



JAKARTA. Perubahan asumsi makro pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2014 membuat defisit anggaran membengkak. Salah satu cara andalan untuk menutup defisit adalah dari utang. Kementerian Keuangan (Kemkeu) memastikan akan memanfaatkan semua jenis utang yang ada untuk menyumpal defisit tersebut.

Perubahan asumsi makro menyebabkan defisit anggaran naik dari Rp 175,35 triliun atau 1,69% terhadap produk domestik bruto (PDB) menjadi Rp 251,72 triliun, atau 2,5% dari PDB. Otomatis, kebutuhan pembiayaan bersih (neto) juga melonjak dengan nilai yang sama besar. Secara bruto, kebutuhan pembiayaan naik semakin banyak, yakni dari Rp 185,13 triliun menjadi Rp 263,24 triliun (lihat tabel).

Menurut Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Robert Pakpahan, pihaknya masih tetap akan mempertahankan rencana portofolio utang, meskipun dana semakin besar. "Instrumen pembiayaan masih tetap sama dengan rencana, hanya nilainya saja yang akan kami tambah," ujar Robert, Rabu (21/5).


Asal tahu saja, tahun ini, pemerintah mencari utangan dari dalam negeri dan luar negeri. Untuk dalam negeri, dengan menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) secara berkala, sukuk, obligasi ritel, hingga saving bond ritel (SBR). Saving bond merupakan instrumen baru, yang targetnya bisa mendapatkan dana Rp 20 triliun tahun ini.

Dari luar negeri, pemerintah juga menambah instrumen baru. Selama ini, hanya ada Surat Berharga Negara (SBN) dengan mata uang dollar Amerika Serikat (AS) dan yen Jepang. Instrumen baru berupa euro bonds yang akan terbit pada semester dua nanti.

Namun, Robert masih merahasiakan komposisi tiap portofolio. "Pokoknya, SBN valas tetap 20%, sisanya dari domestik," tandas Robert.

Imbal hasil tinggi

Robert menegaskan, meskipun target utang bertambah, tapi ia optimistis bisa tercapai. Ia bersyukur, sudah menerapkan strategi front loading alias mempergencar utang pada awal tahun.

Hingga kuartal pertama 2014, realisasi penerbitan SBN neto mencapai Rp 118,70 triliun. "Jika tanpa front loading, akan sulit mencapai seluruh target tahun ini," kata Robert.Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto menilai, sulit mencapai target utang di APBN-P 2014. Pemerintah harus menawarkan imbal tinggi hasil jika ingin target tercapai.

Namun imbal hasil tinggi akan menimbulkan efek negatif. "Suku bunga obligasi korporasi dan perbankan akan terdorong naik," kata Doddy.Apalagi, pada tahun politik seperti saat ini, investor cenderung wait and see, karena menganggap penuh ketidakpastian. Tanpa kenaikan imbal hasil yang besar, sulit bagi investor untuk mengoleksi SBN dalam jumlah besar.

Pembiayaan Utang 2013−2014 (dalam triliun rupiah)        
Jenis Pembiayaan 2013 APBN 2014 RAPBNP 2014 Perubahan 2014 (%)
Surat Berharga Negara 224,64 205,07 274,76 33,9  
Pinjaman Luar Negeri (Neto) -15,08 -20,9 -13,69 -34,5  
   1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (bruto) 44,8 39,13 54,25 38,6  
    a. Pinjaman Program 18,43 3,9 17,02 336,4  
    b. Pinjaman Proyek 26,37 35,23 37,23 5,7  
       - Pinjaman Proyek Pemerintah Pusat 23,7 34,01 33,82 -0,6  
       - Penerimaan Penerusan Pinjaman (SLA) 2,67 1,23 3,41 177,2  
   2. Penerusan Pinjaman (SLA) -2,67 -1,23 -3,41 177,2  
   3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri -57,2 -58,81 -64,54 9,7  
Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 0,46 0,96 2,18 127,1  
Penarikan Pinjaman Dalam Negeri (bruto) 0,6 1,25 2,42 93,6  
Pembayaran Cicilan Pokok Utang Dalam Negeri -0,14 -29 -0,24 -99,2  
Jumlah 210,01 185,13 263,24 42,2  
Sumber: Nota Keuangan RAPBNP 2014          
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia