Twitter Indonesia tak takut disaingi buzzer



JAKARTA. Jejaring sosial Twitter memang memiliki platform layanan iklan yang disebut dengan Promoted Tweets. Selain iklan tersebut, pengguna Twitter sering kali juga menemui iklan terselubung dalam bentuk lain. Kicauan berbau iklan ini cukup banyak memenuhi timeline pengguna Twitter Indonesia.

Ya, beberapa brand tertentu sering kali mengandalkan artis atau tokoh yang banyak dikenal dan memiliki jumlah follower yang banyak, biasa disebut "buzzer", untuk memasarkan produk-produknya.

Buzzer-buzzer tersebut memang sengaja dibayar untuk mempromosikan produk suatu brand tertentu, seperti produk fashion, kecantikan, bahkan hingga gadget.


Menanggapi hal tersebut, Rick Mulia selaku Business Head Twitter Indonesia, mengatakan tidak takut jika platform layanan iklan Promoted Tweet harus berhadapan dengan buzzer-buzzer lokal.

"Itu adalah hal yang unik di Indonesia, banyak buzzer yang menghasilkan uang dari Twitter. Tentunya ini bagus juga buat Twitter di Indonesia," demikian kata Rick saat dijumpai KompasTekno dalam ajang Startup Asia yang digelar di Jakarta, Rabu (26/11/2014).

"Jika hitung-hitungannya bagus, silakan saja (pakai buzzer)," imbuh Rick.

Namun, Rick menambahkan, pihaknya tidak akan merasa tersaingi dengan metode yang dipakai suatu brand tadi dengan buzzer karena Twitter memiliki perbedaan layanan dan value added yang tidak dipunyai oleh buzzer-buzzer di Twitter.

"Kami (Promoted Tweet) bisa memberi lebih kepada brand tersebut. Kami punya analytic reporting dan sebagainya. Jadi, walau buzzer punya follower banyak, belum tentu juga iklannya sesuai dengan yang ditargetkan," ujar Rick.

Promoted Tweet memang bisa digunakan untuk menyebarkan iklan sesuai dengan target yang diinginkan si pemasang iklan. Twitter bisa membaca pola pengguna melalui basis datanya, seperti usia, lokasi, dan sebagainya.

Menurut Rick, itulah kelebihan metode Promoted Tweet dibanding bentuk iklan lain yang sering dipakai di Twitter. (Reska K. Nistanto)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie