KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Likuiditas uang beredar dalam arti sempit (M1) diperkirakan menguat pada penghujung tahun ini. Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo memprediksi, M1 pada Desember 2025 berpotensi meningkat signifikan hingga berada di kisaran Rp 5.800 triliun. Banjaran menjelaskan, kenaikan likuiditas tersebut tidak terlepas dari meningkatnya aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat pada periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), yang secara historis selalu mendorong kebutuhan uang tunai dan transaksi ekonomi. “Sangat mungkin M1 Desember 2025 akan lebih besar dibandingkan Desember 2024, karena bahkan M1 per November 2025 sudah mencapai Rp 5.748 triliun,” ujar Banjaran kepada Kontan, Selasa (30/12/2025).
Dengan mempertimbangkan momentum libur akhir tahun, Banjaran memperkirakan likuiditas masih akan bertambah pada Desember 2025. Ia menggunakan asumsi konservatif dengan menyamakan laju pertumbuhan M1 dari November ke Desember seperti tahun sebelumnya, yakni sebesar 1,28%.
Baca Juga: Aturan Jual SUN Direvisi, Fintech dan PPMSE Bisa Jadi Mitra Distribusi “Dengan perhitungan konservatif tersebut, angka M1 Desember 2025 bisa berada di kisaran Rp 5.800-an triliun,” jelasnya. Peningkatan likuiditas ini, lanjut Banjaran, sejalan dengan lonjakan mobilitas masyarakat selama periode Natal 2025 dan Tahun Baru 2026. Berdasarkan survei potensi pergerakan masyarakat secara nasional, sekitar 42,01% penduduk atau setara 119,5 juta orang diproyeksikan melakukan perjalanan pada periode tersebut. Jika mengacu pada estimasi Kamar Dagang dan Industri (KADIN), mobilitas tersebut berpotensi menciptakan perputaran uang hingga Rp 107,56 triliun. Namun, Banjaran menilai perlu pendekatan yang lebih hati-hati dalam memperkirakan dampak belanja masyarakat. “Dengan mempertimbangkan kondisi psikologis masyarakat yang masih berada dalam suasana duka pascabencana di berbagai wilayah, serta kemungkinan sebagian masyarakat menahan belanja berlebih di tengah kondisi ekonomi saat ini, angka belanja yang wajar per orang diperkirakan berkisar Rp 700.000 hingga Rp 1 juta,” paparnya. Dengan asumsi tersebut dan mengacu pada jumlah mobilitas sekitar 119,5 juta orang, Banjaran memperkirakan potensi perputaran uang selama periode Nataru berada di rentang Rp 83,65 triliun hingga Rp 119,5 triliun. Selain faktor konsumsi, Banjaran menilai pertumbuhan intermediasi perbankan menjelang akhir tahun turut menopang peningkatan likuiditas. Lonjakan mobilitas masyarakat juga menjadi katalis tambahan, terutama dengan adanya berbagai stimulus dari pemerintah. “Momen peningkatan mobilitas masyarakat tentunya akan menjadi faktor pendorong, didukung pula oleh stimulus pemerintah seperti subsidi transportasi, baik udara maupun darat,” ujarnya. Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia juga telah mengantisipasi peningkatan kebutuhan uang tunai pada periode libur akhir tahun. BI menyatakan kesiapan meningkatkan modal penukaran uang sebesar 36% untuk mengakomodasi lonjakan kebutuhan masyarakat. “Langkah Bank Indonesia tersebut sejalan dengan prediksi meningkatnya kebutuhan uang tunai masyarakat seiring naiknya aktivitas ekonomi dan mobilitas pada periode Natal dan Tahun Baru,” pungkas Banjaran.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi 2026 Diproyeksikan di Kisaran 4,9%–5,3% Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News