JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memprediksi uang beredar jelang Natal dan perayaan Tahun Baru mencapai Rp 80 triliun. Nilai ini tercatat tumbuh 11,1% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 72 triliun. Namun, apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu November 2015, pertumbuhan uang beredar tembus 100% dari Rp 40 triliun. Peningkatan didongkrak oleh penyerapan belanja pemerintah yang memuncak pada kuartal keempat. Luctor Tapiheru, Kepala Grup Operasional Pengelolaan Uang BI bilang, pertumbuhan uang beredar pada bulan Desember juga didorong oleh kebutuhan jelang perayaan Natal dan Tahun Baru. "Termasuk, jelang tutup buku banyak institusi juga," ujarnya, Selasa (22/12). Dari jumlah uang beredar bulan ini yang sebesar Rp 80 triliun, sekitar Rp 22 triliun berputar di Jakarta, Pulau Jawa di luar Jakarta sendiri mencapai Rp 19 triliun. Sedangkan sisanya Rp 39 triliun tersebar di luar Pulau Jawa. Uniknya, sambung Luctor, uang beredar jelang Natal dan Tahun Baru ini 97% di antaranya berasal dari pecahan besar alias di atas Rp 20.000. Fenomena ini berbeda dengan momentum Idul Fitri yang banyak berasal dari uang kecil. Adapun, sampai saat ini, dari proyeksi BI tersebut, uang beredar yang sudah ditarik mencapai Rp 40 triliun atau separuh dari yang diperkirakan. Puncaknya akan terjadi pada 24 - 25 Desember dan 31 Desember 2015. BI sendiri, lanjut Luctor, sudah memasok uang kartal ke satuan-satuan kerja kas hingga ke tingkat daerah. Saat ini, posisi di satuan kerja kas sudah aman. Namun, diharapkan masyarakat semakin efisien dalam penggunaan uang tunai. Secara keseluruhan, uang beredar hingga akhir tahun nanti diperkirakan mencapai Rp 581 triliun atau naik 10% ketimbang tahun lalu, yakni Rp 528 triliun. Hingga hari ini, total uang beredar tembus Rp 526 triliun. "Rata-rata peningkatan uang beredar dalam 10 tahun terakhir mencapai 15% per tahun. Namun, tahun ini kenaikan uang beredar cuma di kisaran 10%. Kami tidak bisa bilang Gerakan Nasional Non Tunai mensubtitusi pergerakan uang tunai. Karena, posisi keduanya tetap bertumbuh," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Uang beredar saat Natal & Tahun Baru capai Rp 80 T
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memprediksi uang beredar jelang Natal dan perayaan Tahun Baru mencapai Rp 80 triliun. Nilai ini tercatat tumbuh 11,1% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 72 triliun. Namun, apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu November 2015, pertumbuhan uang beredar tembus 100% dari Rp 40 triliun. Peningkatan didongkrak oleh penyerapan belanja pemerintah yang memuncak pada kuartal keempat. Luctor Tapiheru, Kepala Grup Operasional Pengelolaan Uang BI bilang, pertumbuhan uang beredar pada bulan Desember juga didorong oleh kebutuhan jelang perayaan Natal dan Tahun Baru. "Termasuk, jelang tutup buku banyak institusi juga," ujarnya, Selasa (22/12). Dari jumlah uang beredar bulan ini yang sebesar Rp 80 triliun, sekitar Rp 22 triliun berputar di Jakarta, Pulau Jawa di luar Jakarta sendiri mencapai Rp 19 triliun. Sedangkan sisanya Rp 39 triliun tersebar di luar Pulau Jawa. Uniknya, sambung Luctor, uang beredar jelang Natal dan Tahun Baru ini 97% di antaranya berasal dari pecahan besar alias di atas Rp 20.000. Fenomena ini berbeda dengan momentum Idul Fitri yang banyak berasal dari uang kecil. Adapun, sampai saat ini, dari proyeksi BI tersebut, uang beredar yang sudah ditarik mencapai Rp 40 triliun atau separuh dari yang diperkirakan. Puncaknya akan terjadi pada 24 - 25 Desember dan 31 Desember 2015. BI sendiri, lanjut Luctor, sudah memasok uang kartal ke satuan-satuan kerja kas hingga ke tingkat daerah. Saat ini, posisi di satuan kerja kas sudah aman. Namun, diharapkan masyarakat semakin efisien dalam penggunaan uang tunai. Secara keseluruhan, uang beredar hingga akhir tahun nanti diperkirakan mencapai Rp 581 triliun atau naik 10% ketimbang tahun lalu, yakni Rp 528 triliun. Hingga hari ini, total uang beredar tembus Rp 526 triliun. "Rata-rata peningkatan uang beredar dalam 10 tahun terakhir mencapai 15% per tahun. Namun, tahun ini kenaikan uang beredar cuma di kisaran 10%. Kami tidak bisa bilang Gerakan Nasional Non Tunai mensubtitusi pergerakan uang tunai. Karena, posisi keduanya tetap bertumbuh," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News