Uang Tunai Warren Buffett Melonjak ke Level Rekor, Pertanda Ekonomi Buruk



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Warren Buffett dan Berkshire Hathaway lebih banyak menjual saham pada kuartal ketiga tahun ini. Hal ini membuat kepemilikannya di Apple berkurang. Namun langkah tersebut membuat uang tunai yang dimiliki Berkshire mencapai rekor US$ 325,2 miliar.

Dalam laporan triwulanannya pada Sabtu, Berkshire mengatakan, telah menjual sekitar 100 juta atau 25% saham Apple selama musim panas berakhir dengan sekitar 300 juta.

Berkshire kini telah menjual lebih dari 600 juta saham pembuat iPhone tersebut pada tahun 2024, meskipun Apple tetap menjadi kepemilikan saham terbesarnya sebesar US$ 69,9 miliar.


Baca Juga: Ini 2 Aset yang Lebih Dilirik Warren Buffett Dibanding Bitcoin

Secara keseluruhan, perusahaan ini menjual US$ 36,1 miliar saham, termasuk beberapa miliar dolar saham Bank of America dan hanya membeli US$ 1,5 miliar.

Itu menjadikan kuartal kedelapan berturut-turut di mana Berkshire menjadi penjual bersih saham.

Konglomerat yang berkantor pusat di Omaha, Nebraska ini juga tidak melakukan pembelian kembali saham untuk pertama kalinya sejak kuartal kedua tahun 2018 dan tidak membeli kembali saham dalam tiga minggu pertama bulan Oktober.

"Berkshire adalah gambaran kecil dari ekonomi yang lebih luas," kata Cathy Seifert, analis CFRA Research di New York. Menurut dia, penimbunan uang tunai menunjukkan pola pikir menghindari risiko dan investor mungkin khawatir tentang apa artinya bagi ekonomi dan pasar.

Saham Kelas A Berkshire naik 25% tahun ini, sementara Standard & Poor's 500 naik 20%.

Peningkatan valuasi telah memicu kekhawatiran di antara beberapa investor bahwa banyak saham menjadi terlalu mahal. Kepemilikan tunai Berkshire tumbuh dari US$ 276,9 miliar pada akhir Juni, lebih dari 10 kali lipat dari cadangan US$ 30 miliar yang telah dijanjikan Buffett untuk dipertahankan.

Buffett tidak melakukan akuisisi besar terhadap seluruh perusahaan yang bernilai US$ 975 miliar sejak 2016.

Jim Shanahan, analis Edward Jones di St. Louis mengatakan, tumpukan uang tunai yang membengkak menimbulkan pertanyaan tentang apakah Buffett menganggap saham dinilai terlalu tinggi, kemerosotan ekonomi akan datang atau mencoba mengumpulkan uang tunai untuk akuisisi besar.

Pada Mei, Buffett memperkirakan Apple akan tetap menjadi investasi saham terbesar Berkshire, tetapi penjualan masuk akal karena tarif pajak federal 21% atas keuntungan kemungkinan akan meningkat.

Baca Juga: Akhirnya Warren Buffett Bicara Soal Dukungan Pemilu AS, Jawabannya di Luar Dugaan

Laba operasional kuartalan Berkshire turun 6% menjadi US$ 10,09 miliar sekitar US$ 7.019 per saham Kelas A, meleset dari estimasi analis sebesar US$ 7.611 per saham menurut LSEG IBES.

Penurunan tersebut sebagian besar berasal dari kerugian penjaminan emisi pada polis asuransi lama, klaim asuransi terkait Badai Helene pada bulan September, dan kerugian mata uang dari penguatan dollar AS.

Hal ini mengimbangi peningkatan profitabilitas di perusahaan asuransi mobil Geico, di mana klaim kecelakaan menurun. Laba juga meningkat di perusahaan kereta api BNSF yang mengirimkan lebih banyak barang konsumen dan Berkshire Hathaway Energy di mana biaya operasional menurun.

Seifert mengatakan, Berkshire telah lama diuntungkan dari diversifikasinya tetapi mengalami pelemahan bercabang pada kuartal tersebut.

Ini termasuk penurunan pendapatan sebesar 19% di jaringan halte truk Pilot, di mana harga bahan bakar dan volume pemasaran turun. Berkshire juga mengatakan hampir semua bisnis ritelnya, termasuk lebih dari 80 dealer mobilnya, mengalami penurunan pendapatan.

Laba bersih mencapai US$ 26,25 miliar, dibandingkan dengan kerugian US$ 12,77 miliar tahun sebelumnya yang mencerminkan keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi dalam investasi saham seperti Apple.

Hal ini menambah volatilitas pada hasil bersih yang Buffett desak agar investor abaikan, dan sebaliknya fokus pada kinerja operasional.

Keuntungan dari penjaminan asuransi turun 69% terpukul kerugian dari polis lama, US$ 565 juta dari Helene, dan penyelesaian kebangkrutan yang terkait dengan pemasok bedak yang sudah tutup. Hal ini lebih dari mengimbangi lonjakan 93% dalam keuntungan penjaminan Geico.

Shanahan menyebut, kerugian polis sebagai kejutan besar sementara Seifert mengatakan banyak rekan Berkshire telah mengatasi masalah serupa. "Hal ini menonjol karena membuat Berkshire tampak lamban," kata dia.

Berkshire juga memproyeksikan kerugian sebelum pajak sebesar US$ 1,3 miliar hingga US$ 1,5 miliar pada kuartal keempat akibat Badai Milton, yang menghantam Florida pada bulan Oktober.

Pendapatan investasi di bisnis asuransi Berkshire yang memegang sebagian besar uang tunai Berkshire, naik 48% menjadi US$ 3,66 miliar.

Keuntungan tersebut akan menurun jika Federal Reserve terus menurunkan suku bunga, atau Buffett menemukan sesuatu yang besar yang layak dibeli.

Buffett ingin menginvestasikan setiap sen dalam bisnis yang memberikan keuntungan bagi Berkshire. "Namun, pada saat yang sama ia bersedia untuk tidak melakukan apa pun," kata Tom Russo, kepala Gardner Russo & Quinn di Lancaster, Pennsylvania, yang telah berinvestasi di Berkshire sejak 1982. Russo menambahkan, Buffet akan siap dan bersemangat saat investor lain putus asa atau kekurangan modal.

Baca Juga: 5 Nasihat Investasi dari Warren Buffett yang Bisa Anda Tiru

Operasional Berkshire juga mencakup banyak perusahaan industri dan manufaktur, pialang real estat besar, dan bisnis ritel seperti Dairy Queen dan Fruit of the Loom.

Pada 31 Oktober, Berkshire selesai membeli 8% saham Berkshire Hathaway Energy yang sebelumnya belum dimilikinya.

Buffett, 94, telah memimpin Berkshire sejak 1965. Ia diharapkan pada akhirnya akan menyerahkan kepemimpinan kepada Wakil Ketua Greg Abel, 62.

Editor: Avanty Nurdiana