UBS: China akan alami pendarahan pada cadev



SINGAPURA. Salah seorang analis foreign exchange memprediksi, kendati China sudah berupaya membentengi jumlah dana yang hengkang dari pasar finansial, namun negara tersebut akan tetap mengalami pendarahan pada cadangan devisanya.

Sekadar informasi, China diprediksi akan merilis data cadangan devisa Januari pada hari ini (7/2).

Menurut ekonom yang disurvei Reuters, cadangan devisa China diprediksi akan melorot sekitar US$ 10,5 miliar pada Januari. Dengan demikian, cadangan devisa China semakin mengerucut mendekati level US$ 3 triliun.


Strategist foreign exchange dari UBS Wayne Gordon meramal, cadangan devisa China akan melorot ke posisi US$ 2,7 triliun hingga US$ 2,8 triliun pada akhir tahun ini, dengan USD/CNY mencapai 7,2.

Seperti yang diketahui, mata uang China terus mengalami tekanan dalam setahun terakhir seiring aksi para konglomerat China yang mengakuisisi perusahaan AS dan Eropa.

Di sisi lain, warga China membeli properti AS di tengah ketidakpastian politik dan ekspektasi pelemahan yuan.

Siang ini, nilai tukar fix USD/CNY tak banyak berubah di kisaran 6,8604 dari posisi 6,8606 pada Senin kemarin. Sedangkan di pasar spot, nilai tukar USD/CNY naik 4,4% dibanding setahun lalu.

Presiden AS Donald Trump memberikan label kepada mata uang China sebagai "mata uang manipulator" saat kampanye.

Gordon memprediksi, Trump akan terus melontarkan sejumlah pernyataan kontroversial seperti yang sudah dilakukan sebelumnya terhadap Jepang dan Jerman. Namun, aksi ini diramal tidak akan mendorong China untuk mengubah strategi mata uangnya.

"Jika Anda mengalami pelemahan mata uang, terdapat sejumlah faktor lain yang mempengaruhi nilai tukar. Misalnya, arus modal keluar dari China yang benar-benar menekan yuan dalam setahun terakhir," jelasnya.

Tak mengherankan jika China bekerja keras untuk menyokong nilai tukar mata uangnya. Salah satunya dengan menjual surat utang AS di rekor tertinggi dan menerapkan peraturan yang lebih ketat untuk mengontrol arus modal yang keluar. Namun strategi ini masih belum cukup untuk menambal kebocoran yang terjadi.

Analis memprediksi, yuan China akan terus mengalami pelemahan jika Amerika melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga acuannya. Pasalnya, hal tersebut akan memicu hengkangnya dana segar dari emerging market.

Pada Desember lalu, China melaporkan cadangan devisa mereka menurun untuk enam bulan beruntun sebesar US$ 41 miliar menjadi US$ 3,011 triliun. Ini merupakan posisi terendah sejak 2011. China sempat membukukan kenaikan tertinggi pada cadangan devisa mereka yakni mencapai US$ 3,99 triliun di pertengahan 2014.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie