Udara di Beijing membahayakan nyawa manusia



BEIJING. Warga Beijing sedang menghadapi bahaya besar. Polusi udara di kawasan Ibukota China itu sudah dalam taraf membahayakan kesehatan sejak 18 hari terakhir. Pemerintah Beijing punĀ  memperketat kebijakan emisi gas buang agar polusi udara berkurang.

Perhitungan konsentrasi PM2.5 di udara bebas pada pukul 2 siang, Selasa (29/1) menghasilkan angka 476. PM2.5 adalah konsentrasi partikel polusi udara terkecil dan mematikan.

Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan, udara yang aman bagi manusia hanya boleh mengandung konsentrasi PM2.5 maksimal 25 mikrogram per meter kubik. Udara dinyata berbahaya untuk dihirup bila kandungan PM2.5 lebih dari 100 mikrogram. Lalu, bila kandungan PM2.5 lebih dari 300, anak-anak dan kalangan lanjut usia wajib berdiam di dalam rumah.


Sebelumnya, pada pengukuran 12 Januari, kandungan PM2.5 malah jauh lebih besar lagi, mencapai 993. "Banyaknya pabrik baja berbahan bakar batubara turut menyumbang terjadinya polusi udara," kata Majun, pendiri Institute of Public and Environmental Affair, kemarin.

Bahkan, Greenpeace dan University School of Public Health di Peking menyampaikan, paparan PM2.5 yang tinggi andil besar dalam terjadinya 8.572 kematian dini di Beijing, Shanghai, Guangzhou, dan Xian tahun 2012. Selain itu juga menyebabkan kerugian ekonomi US$ 1,08 miliar.

Sebenarnya, sejak kandungan PM2.5 mencapai rekor tertinggi 12 Januari lalu, pemerintah kota Beijing sudah mengusulkan aturan baru untuk meningkatkan kualitas udara. Antara lain, mereka akan memperketat kriteria emisi gas buang untuk mobil baru dengan menggunakan standar Uni Eropa mulai bulan depan.

Mobil berbahan bakar diesel wajib memenuhi standar Euro V mulai 1 Februari. Larangan serupa juga berlaku bagi kendaraan berbahan bakar bensin tapi mulai 1 Maret. "Polusi udara adalah masalah utama yang harus segera diselesaikan," kata Wang Anshun, Walikota Beijing. Ia juga mengusulkan sanksi denda bagi kendaraan tua, pabrik semen dan pabrik baja yang mengeluarkan banyak asap.

Namun banyak pihak menilai kebijakan itu masih kurang. Hasil analisa lingkungan oleh Chinese Academy of Sciences, Universitas Peking dan Universitas Tsinghua menyarankan pemerintah harus melarang penggunaan kembang api saat pesta tahun baru Imlek. Pemerintah Beijing perlu kerjasama dengan pemerintah kota di sekitarnya karena polusi udara itu juga berasal dari kota lain.

Editor: Adi Wikanto