Uji coba naik MRT, Sri Mulyani kagumi dampak efisiensi waktu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani, Rabu (6/3), meninjau proyek Moda Raya Terpadu (MRT) dari Stasiun Bundaran Hotel Indonesia hingga Stasiun Lebak Bulus.

Menempuh perjalanan selama 30 menit dari Stasiun Bundaran Hotel Indonesia hingga Stasiun Lebak Bulus, Sri Mulyani terpukau dengan efisiensi waktu yang ditawarkan transportasi umum tersebut. "Ini betul-betul akan mentransformasikan Indonesia khususnya Jakarta akan menjadi modern," ujarnya saat ditemui di Stasiun MRT Senayan, Rabu (6/3).

Pembangunan MRT, menurutnya, juga memberikan keuntungan lain. Di antaranya, perpindahan penggunaan transportasi dari kendaraan pribadi ke transportasi publik yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM), mengurangi kemacetan, dan mengurangi polusi udara di Jakarta.


Selain itu, pembangunan MRT akan menyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui peningkatan tenaga kerja, baik selama pembangunan dan operasional MRT. Juga pengembangan hunian terjangkau, serta pertumbuhan nilai properti dalam kawasan.

"Ada 13 stasiun pemberhentian dan perusahaan-perusahaan swasta bahkan sudah sudah meminta supaya stasiun itu diberi nama perusahaannya, ini akan menimbulkan penerimaan," kata dia.

Belum lagi, penerimaan dari kegiatan ekonomi yang berlangsung di dalam stasiun seperti penyewaan tempat dan lain sebagainya. Mobilisasi masyarakat yang diperkirakan mencapai 130.000 orang per hari juga diharapkan dapat menimbulkan permintaan-permintaan turunan (derived demand) seperti terhadap makanan, minuman, dan lainnya.

"Saya sudah minta tim dari Kemkeu, BKF (Badan Kebijakan Fiskal) dan Ditjen Perimbangan Keuangan bersama dengan PT MRT untuk saa-sama mulai menghitung dampak ekonominya karena ini sesuatu yang baru sehingga kita bisa lihat berapa sebetulnya dampak dari infraastruktur ini," lanjut Sri Mulyani.

Saat ini, 99% persiapan di stasiun bawah tanah dan depo serta stasiun layang MRT sudah selesai. Setelah beroperasi, proyek senilai Rp 16 triliun ini akan memiliki 16 rangkaian kereta dengan enam gerbong di setiap rangkaian perjalanan dan dapat menampung 1.200 hingga 1.800 orang per rangkaian.

Adapun, Sri Mulyani menjelaskan, pendanaan proyek MRT Fase I dan II berasal dari 49% APBN (on-granting) dan 51% APBD Pemerintah Provinsi DKI (on-lending). Meskipun terlihat besar, jika dibandingkan dengan jumlah BBM yang harus dihabiskan dengan kendaraan pribadi, pembangunan MRT diyakini dapat menekan inefisiensi.

Menurut Sri Mulyani, pembangunan MRT dapat terealisasi karena menggunakan pendekatan ekonomi, yaitu dapat memangkas waktu tempuh perjalanan. Feasibility study yang sudah ada sejak tahun 1990 hanya fokus pada soal finansial khususnya untung-rugi, sehingga membuat proyek ini tidak dapat terealisasi selama 30 tahun.

Padahal, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sebelumnya menyatakan kemacetan telah menimbulkan kerugian 5 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 67,5 triliun per tahun. Diharapkan, MRT akan menambah pilihan moda transportasi massal yang sudah ada, yaitu KRL dengan kapasitas 1,2 juta orang per hari dan Transjakarta dengan kapasitas 1 juta orang per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .