KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pejabat senior Ukraina menganggap pertemuan di Jeddah, Arab Saudi, yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan damai dalam perang antara Ukraina dengan Rusia dianggap berjalan produktif. Namun, Moskow menyebut pertemuan tersebut sebagai upaya sia-sia untuk mempengaruhi dukungan dari negara-negara di kawasan Global Selatan terhadap Ukraina. Lebih dari 40 negara, termasuk China, India, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa, kecuali Rusia, turut berpartisipasi dalam pertemuan Jeddah yang dijadwalkan akan berakhir pada hari Minggu. Pertemuan ini berakhir tanpa pernyataan dan kesimpulan tertulis.
Ukraina dan sekutu-sekutu Barat-nya menyatakan bahwa pertemuan ini adalah upaya untuk mendapatkan dukungan internasional yang luas terhadap prinsip-prinsip yang ingin diperjuangkan mereka.
Baca Juga: Putin Terbuka Mengadakan Pembicaraan Dengan Ukraina, Zelenskiy Tegas Menolak Pertemuan ini dijadikan dasar perdamaian, termasuk seruan penarikan seluruh pasukan Rusia dan pengembalian seluruh wilayah Ukraina di bawah kendali mereka. Presiden Volodymir Zelenskiy menyatakan keinginannya untuk menyelenggarakan pertemuan puncak global berdasarkan prinsip-prinsip tersebut pada akhir tahun ini. Dua belas bulan setelah Rusia menyerbu Ukraina, prospek pertemuan langsung antara Kyiv dan Moskow tampaknya masih jauh dari harapan. Mengomentari pertemuan di Jeddah, kepala staf Zelenskiy, Andriy Yermak, menyatakan dalam sebuah pernyataan: "Kami telah melakukan konsultasi yang sangat produktif mengenai prinsip-prinsip kunci dalam membangun perdamaian yang adil dan abadi."
Sementara Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, dikutip oleh media Rusia pada hari Minggu mengatakan bahwa pertemuan tersebut "mencerminkan upaya Barat untuk melanjutkan usaha yang sia-sia dan putus asa. Rusia menganggap pertemuan itu bertujuan untuk memobilisasi dukungan dari kawasan Global Selatan terhadap posisi Zelenskiy. Meskipun negara-negara Barat secara umum telah mendukung Ukraina, banyak negara lain enggan untuk berpihak meskipun mereka menginginkan akhir dari konflik yang telah mempengaruhi ekonomi global.
Baca Juga: Masalah Keamanan, Arab Saudi Minta Warganya Segera Tinggalkan Lebanon Partisipasi China, yang sebelumnya tidak hadir dalam putaran pertemuan di Copenhagen dan enggan merespons tuntutan Barat untuk mengutuk invasi Rusia, menandakan kemungkinan China mulai melakukan perubahan sikap. Namun, analis mengatakan bahwa perubahan posisi China tersebut tidak signifikan. Diplomat-diplomat Barat juga telah menekankan peran Arab Saudi dalam mengumpulkan kelompok negara yang lebih luas untuk berpartisipasi, dengan memanfaatkan hubungannya yang semakin erat dengan Beijing serta hubungannya yang tetap baik dengan Moskow dan Kyiv. Yermak menyatakan bahwa berbagai sudut pandang muncul selama pertemuan di Arab Saudi, dan menyebutnya sebagai "percakapan yang sangat jujur dan terbuka". Ia juga menyatakan bahwa semua negara yang hadir telah menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip hukum internasional serta menghormati kedaulatan dan integritas wilayah negara-negara.
Editor: Syamsul Azhar