KONTAN.CO.ID - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, kembali mengemis bantuan militer. Di hadapan negara-negara Balkan, Zelensky mengatakan militernya sangat membutuhkan pasokan amunisi. Zelensky hadir sebagai tamu dalam KTT negara-negara Eropa Tenggara di Tirana, Albania, pada hari Rabu (28/2). Pertemuan puncak yang berlangsung selama dua hari itu dihadiri oleh perwakilan dari negara Albania, Serbia, Makedonia Utara, Kosovo, Bosnia, dan Herzegovina, Montenegro, Kroasia dan Moldova.
"Kami tertarik untuk melakukan produksi bersama dengan Anda dan semua mitra kami. Kami melihat adanya kendala pada pasokan amunisi yang berdampak pada situasi di medan perang," kata Zelenskyy di hadapan para delegasi, dikutip
Al Jazeera. Baca Juga:
Ukraina: Kami Butuh Rudal Jarak Jauh untuk Lawan Rusia Zelensky menambahkan, saat ini ada sekitar 500 perusahaan pertahanan yang beroperasi di Ukraina yang semuanya terus berusaha memenuhi kebutuhan militer, namun dirinya menyebut itu semua tidak cukup untuk menang melawan Rusia. Pada kesempatan itu, Zelensky mengusulkan dibentuknya forum pertahanan Ukraina-Balkan di Kyiv atau ibu kota negara Balkan. Forum itu diharapkan bisa memupuk kerja sama senjata, sebuah inisiatif yang pernah dilakukan tahun lalu dengan perusahaan senjata Inggris dan Amerika Serikat. Zelensky juga mengatakan, dirinya bertemu dengan Perdana Menteri Albania Edi Rama untuk melakukan pembicaraan. Keduanya telah menandatangani Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama. Baca Juga:
Konflik Rusia-NATO Berpotensi Pecah Jika Dukungan Militer ke Ukraina Terus Datang "Dokumen ini akan berkontribusi pada pengembangan kerja sama dan penguatan posisi Ukraina di kawasan Balkan," tulis Zelenskyy di Telegram. Negara-negara Balkan dianggap bisa memberikan dukungan penting bagi Ukraina karena memiliki latar belakang yang menarik. Albania, Makedonia Utara, dan Montenegro adalah anggota NATO yang jelas mendukung kebijakan Barat untuk memberikan sanksi terhadap Rusia. Ketiganya juga mengirim senjata dan peralatan militer lainnya ke Ukraina. Di wilayah itu juga terdapat industri senjata yang sangat menjanjikan, terutama di Serbia dan Kroasia, dua negara pecahan Yugoslavia. Serbia, yang merupakan sekutu lama Rusia, hingga saat ini belum menjatuhkan sanksi.