KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Ukraina disebut telah berhasil merebut kembali 50% wilayah mereka yang dicaplok Rusia selama perang. Klaim ini keluar dari mulut Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, pada hari Minggu (23/7). Dalam wawancaranya dengan
CNN, Blinken mengatakan masih akan sulit bagi Ukraina untuk meraih lebih banyak meskipun telah mendapatkan hasil yang positif di permulaan upaya serangan balik. "Wilayah itu sudah diambil kembali sekitar 50% dari apa yang awalnya disita. Ini masih relatif awal dari serangan balasan. Itu sulit," kata Blinken.
Mengutip
Reuters, Ukraina telah merebut kembali beberapa desa di selatan dan wilayah di sekitar kota Bakhmut yang hancur lebur di timur Ukraina.
Baca Juga: Ukraina: Pasukan Rusia Kini Terperangkap di Bakhmut Sayangnya, Ukraina dianggap masih belum memiliki kemajuan yang signifikan dalam melawan garis pertahanan Rusia yang sangat kuat. "Itu (serangan balasan) tidak akan dimainkan selama satu atau dua minggu ke depan. Kami masih mencari saya pikir di beberapa bulan," kata Blinken menyoroti kesulitan yang dihadapi Ukraina. Bulan lalu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, secara terbuka juga mengakui bahwa kemajuan serangan balasan terhadap pasukan Rusia berjalan lebih lambat dari yang diinginkan. Terkait penyediaan jet tempur F-16 untuk Ukraina, Blinken yakin bahwa mitra Eropanya itu akan mendapatkannya. Untuk saat ini Washington disebut masih fokus memastikan apakah jet tempur itu bisa dimanfaatkan dengan baik oleh militer Ukraina.
Baca Juga: Ukraina Dilaporkan Telah Kehilangan 20% Persenjataannya dalam 2 Minggu "Fokus pentingnya adalah memastikan bahwa ketika mereka melakukannya, mereka terlatih dengan baik, mereka dapat merawat pesawat, dan menggunakannya dengan cara yang cerdas," lanjut Blinken. Saat ini koalisi yang berisi 11 negara sedang mempersiapkan pelatihan kepada pilot Ukraina untuk menerbangkan jet tempur F-16. Pelatihan dijadwalkan pada bulan Agustus di Denmark, sementara pusat pelatihan akan didirikan di Rumania. Ukraina telah lama meminta jet tempur F-16 dari AS, namun hingga bulan lalu para pejabat AS masih belum ada keputusan akhir untuk upaya itu. Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, memperkirakan akan memakan waktu setidaknya 18 bulan untuk pelatihan dan pengiriman pesawat. Waktu itu dianggap terlalu lama, sementara perang juga belum menunjukkan tanda-tanda berakhir.