KONTAN.CO.ID - KYIV. Amerika Serikat mengumumkan bantuan militer baru untuk Ukraina pada Jumat dan berjanji untuk mengganggu hubungan Rusia dengan Iran. Menurut inteligen Inggris, Moskow mencari ratusan rudal balistik dari Iran dan menawarkan dukungan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya sebagai imbalan. Sementara itu, Teheran dan Moskow membantah tuduhan Barat bahwa Rusia menggunakan pesawat tak berawak Iran untuk menyerang sasaran di Ukraina.
Baca Juga: AS Jatuhkan Sanksi Atas Pelanggaran Hak Asasi, Targetkan China, Rusia dan Iran Dua pejabat senior dan dua diplomat Iran mengatakan kepada
Reuters pada bulan Oktober bahwa Iran telah berjanji untuk memberi Rusia rudal permukaan-ke-permukaan serta lebih banyak drone. Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada wartawan Washington sangat prihatin dengan "kemitraan pertahanan yang semakin dalam dan berkembang" antara Iran dan Rusia, dan akan bekerja untuk mengganggu hubungan itu, termasuk pada drone. Washington mengirimkan paket bantuan senilai US$ 275 juta ke Ukraina untuk memperkuat pertahanan udara dan mengalahkan drone, katanya. Duta Besar Inggris untuk PBB Barbara Woodward mengatakan Iran telah mengirim ratusan drone yang digunakan Rusia di Ukraina. “Rusia sekarang berusaha mendapatkan lebih banyak senjata, termasuk ratusan rudal balistik,” katanya kepada wartawan.
Baca Juga: Jepang, Inggris dan Italia Berkolaborasi Bangun Jet Tempur Bersama "Sebagai imbalannya, Rusia menawarkan Iran tingkat dukungan militer dan teknis yang belum pernah terjadi sebelumnya." Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya mengatakan Moskow mungkin akan melakukan kesepakatan atas Ukraina suatu hari nanti, tetapi hilangnya kepercayaan Rusia yang hampir total di Barat akan membuat penyelesaian akhir, yang tidak dia uraikan, jauh lebih sulit untuk dicapai. Rusia telah menekan perbedaan pendapat sejak menginvasi Ukraina pada bulan Februari, dan pengadilan Moskow pada hari Jumat menghukum politisi oposisi Ilya Yashin delapan setengah tahun penjara atas tuduhan menyebarkan "informasi palsu" tentang tentara.
Editor: Noverius Laoli