Ukraina Menyebut Rusia Telah Menyerang Tempat Berlindung Warga Sipil di Mariupol



KONTAN.CO.ID - LYIV. Kementerian Luar Negeri Ukraina pada hari Rabu (16/3) mengumumkan bahwa pasukan Rusia telah menjatuhkan bom di sebuah gedung teater di Mariupol yang dijadikan sebagai tempat berlindung warga sipil. Pihak Rusia membantah tuduhan tersebut.

Dilansir dari Reuters, kementerian mengatakan ada banyak orang terjebak di teater dan menuduh Rusia melakukan kejahatan perang. Jumlah korban masih belum diketahui.

Kantor berita Rusia, RIA, melaporkan bahwa Rusia telah membantah menargetkan warga sipil di Mariupol. Rusia justru menuduh Batalyon Azov, milisi sayap kanan Ukraina, sebagai dalang penyerangan.


Baca Juga: Rusia Bombardir Rumah Sakit Bersalin, Zelenskyy: Genosida di Ukraina Sedang Terjadi

Meskipun begitu, Rusia tidak memberikan bukti untuk mendukung klaim tersebut. Sebelum ini Rusia juga sempat menuduh batalion itu mencegah warga sipil meninggalkan kota Mariupol.

Teater Drama Mariupol telah dialihfungsikan sebagai tempat berlindung bagi warga sipil sejak pasukan Rusia mulai memasuki kota tersebut. Citra satelit yang diambil oleh Maxar Technologies menunjukkan adanya tulisan "anak-anak" di sekitar teater tersebut sebagai peringatan terhadap pasukan Rusia.

Banyak warga sipil terjebak

Direktur Jenderal Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Robert Mardini, pada hari Senin (14/3) melaporkan bahwa orang-orang kehabisan air minum, makanan, persediaan medis, dan bahan bakar untuk pemanas. Kondisi terparah dialami warga yang masih terjebak di kota Mariupol.

Mardini melaporkan bahwa ICRC memiliki 600 staf di Ukraina dan akan mengirim sekitar 100 orang tambahan. Mardini menyayangkan adanya kendaraan Palang Merah yang hancur karena pecahan peluru atau terbakar.

Baca Juga: Palang Merah: Perang Ukraina adalah Mimpi Buruk Bagi Mereka yang Tinggal di Sana

Sejalan dengan itu, WHO juga melaporkan setidaknya ada 31 serangan terhadap fasilitas medis dan ambulans dalam perang. Serangan itu menewaskan sedikitnya 12 orang dan melukai 34 lainnya.

"Kita telah melihat lingkungan yang rusak, rata, dan beberapa rumah sakit hancur. Tentu saja tidak dapat diterima karena rumah sakit dilindungi oleh hukum humaniter internasional," lanjut Mardini. 

Mengutip Associated Press, PBB telah mencatat setidaknya 596 kematian warga sipil di Ukraina sejak invasi Rusia dimulai. Jumlahnya bahkan diyakini bisa lebih tinggi dari itu. Pejabat Ukraina mengatakan bahwa setidaknya 85 anak-anak termasuk di antara yang tewas.