Ukraina Minta AS Sediakan Bom Cluster, Apa Itu? Cek Kehebatannya



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Masih belum puas dengan deretan senjata yang diterima, kini Ukraina meminta AS untuk menyediakan bom cluster. Jenis bom berbahaya tersebut rencananya akan dilepaskan melalui drone.

Mengutip Reuters, Ukraina berharap bisa mendapatkan bom cluster MK-20. Itu merupakan tambahan dari peluru cluster artileri 155 mm yang telah diminta Ukraina.

Komite Angkatan Bersenjata DPR AS mengatakan bahwa para pejabat Ukraina telah mendesak anggota parlemen AS pada Konferensi Keamanan Munich bulan lalu. Kyiv berharap agar permintaan itu segera diteruskan ke Gedung Putih.


"Ukraina sedang mencari MK-20, sebuah bom cluster yang dikirim dari udara, untuk melepaskan bahan peledaknya dari drone. Mereka berharap bom cluster bisa memberi keuntungan dalam melawan pasukan Rusia di timur Ukraina," kata perwakilan komite, Jason Crow dan Adam Smith.

Baca Juga: Anggota G20 Kompak Mengutuk Perang di Ukraina, Kecuali Rusia dan China

Jenis Senjata Berbahaya

Senjata cluster telah dilarang penggunaannya oleh lebih dari 120 negara. Bom cluster berisi banyak bom kecil di dalamnya dan akan menyebar ketika dilepaskan dari udara. Bom-bom kecil tersebut menyebar tanpa pandang bulu sehingga berisiko melukai target sipil.

Bom cluster MK-20 yang diminta Ukraina dilepaskan dari udara dan berisi lebih dari 240 submunisi seperti anak panah atau bom kecil.

Textron Systems Corporation berhenti memproduksi MK-20 pada tahun 2016 setelah AS menghentikan penjualan ke Arab Saudi. Kabarnya saat ini AS masih memiliki lebih dari 1 juta MK-20 dalam gudang militernya.

Baca Juga: China dan Belarusia Kompak Dukung Perdamaian di Ukraina

Pakta tahun 2008 yang melarang produksi, penggunaan, dan penimbunan bom cluster diadopsi oleh 123 negara, termasuk sebagian besar dari 28 anggota NATO. Sayangnya, AS, Rusia, dan Ukraina menolak untuk bergabung.

Pada tahun 2009 pun AS telah merilis undang-undang yang mengatur larangan ekspor bom cluster yang memiliki tingkat gagal ledak lebih dari 1%, jumlahnya mencakup hampir semua persediaan militer AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News