Ukraina Sebut Rusia Pertimbangkan Skenario Korea, Ini Maksudnya



KONTAN.CO.ID - KYIV. Rusia sedang mempertimbangkan skenario Korea untuk Ukraina dan membagi negara ini menjadi dua setelah gagal merebut ibu kota Kyiv juga menggulingkan pemerintahnya, kepala intelijen militer Ukraina mengungkapkan.

"Presiden Rusia Vladimir Putin akan mencoba untuk memaksakan garis pemisah antara wilayah yang tidak diduduki dan yang diduduki di negara kami,” kata Jenderal Kyrylo Budanov, Kepala Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan Rusia, Minggu (27/3), seperti dikutip Al Jazeera.

“Ini adalah upaya untuk menciptakan Korea Utara dan Korea Selatan di Ukraina. Lagi pula, dia (Putin) jelas tidak dalam posisi untuk menelan seluruh negeri,” ungkapnya.


Kedua Korea secara teknis masih berperang setelah konflik 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata dibanding perjanjian damai, menyegel pembagian Semenanjung Korea dengan perbatasan yang tidak bisa ditembus. 

Setelah lebih dari empat minggu konflik, Rusia gagal untuk merebut kota besar Ukraina, dan Moskow memberi isyarat pada Jumat (25/3) akan mengurangi ambisinya untuk fokus mengamankan wilayah Donbas di Ukraina Timur.

Baca Juga: Tampak Kesal, Presiden Ukraina: Apakah Barat Benar-Benar Masih Takut dengan Rusia

Baca Juga: Taiwan: Perang Rusia dan Ukraina Bisa Jadi Peluang China untuk Tingkatkan Peran Yuan

Di daerah tersebut, separatis yang didukung Rusia memerangi tentara Ukraina di Donbas selama delapan tahun terakhir.

"Para penjajah akan mencoba untuk menyatukan wilayah yang diduduki menjadi satu entitas kuasi-negara, yang akan menentang Ukraina merdeka," ujar Budanov. 

"Kami sudah melihat upaya untuk menciptakan otoritas paralel di wilayah pendudukan dan memaksa orang untuk menyerahkan mata uang Ukraina," imbuh dia.

Budanov juga menyebutkan, Rusia mencoba memasang koridor darat ke Krimea, tetapi rencana itu sejauh ini terhalang oleh kegagalan Rusia untuk merebut kota pelabuhan Mariupol. 

Kota di Laut Azov itu telah dikepung oleh pasukan Rusia selama lebih dari tiga minggu dan menghadapi pemboman tanpa henti. Tapi, pihak berwenang Mariupol pekan lalu menolak ultimatum dari pasukan Rusia agar menyerah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan