Ukraina Selangkah Lagi Terima Rudal Jarak Jauh dan Bom Cluster dari AS



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pemerintah AS hampir mendekati kata sepakat untuk memasok Ukraina dengan rudal jarak jauh yang dilengkapi dengan bom cluster. Bantuan terbaru ini dipercaya akan memberikan keuntungan yang signifikan bagi militer Ukraina di medan perang.

Jika disetujui, opsi mana pun akan tersedia untuk pengiriman cepat ke Kyiv.

Mengutip Reuters, AS sedang mempertimbangkan pengiriman salah satu atau kedua Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) yang dapat terbang hingga 306 km, atau rudal Sistem Peluncuran Berganda Terpandu (GMLRS) dengan jangkauan 72 km yang dilengkapi dengan bom cluster.


Sebagai perbandingan, saat ini militer Ukraina menggunakan artileri 155 mm dengan jangkauan maksimum 29 km, yang mampu membawa hingga 48 bom.

Baca Juga: Kelompok HAM Mengecam Rencana AS untuk Mengirim Bom Cluster ke Ukraina

ATACMS memiliki kemampuan menembakkan sekitar 300 bom atau lebih. Sementara GMLRS, yang sudah dimiliki Ukraina, mampu menyebarkan hingga 404 bom cluster.

Menurut sejumlah sumber anonim yang berbicara kepada Reuters, keputusan untuk mengirim rudal ATACMS atau GMLRS, atau keduanya, belum final dan masih bisa gagal. Pihak Gedung Putih pun belum memberikan komentar terkait kabar ini.

Pemerintah AS telah terlibat dalam diskusi berbulan-bulan terkait pengiriman ATACMS ke Ukraina. Banyak pihak yang khawatir pengiriman tersebut akan dianggap sebagai langkah yang terlalu agresif terhadap Rusia.

Dari Kyiv, pemerintah Volodymyr Zelenskiy telah berulang kali meminta ATACMS kepada pemerintahan Biden untuk membantu menyerang dan mengganggu jalur pasokan, pangkalan udara, dan jaringan kereta api di wilayah yang diduduki Rusia.

Baca Juga: Putin: Kami Juga Bisa Gunakan Cluster Bomb Seperti Ukraina

Pemerintah Ukraina percaya bahwa ATACMS atau GMLRS tidak hanya akan meningkatkan moral Ukraina, tetapi juga memberikan pukulan taktis yang diperlukan dalam pertempuran tersebut.

Faktor lain yang membuat keputusan tak kunjung lahir adalah penggunaan bom cluster dalam rudal tersebut.

Bom cluster dilarang di lebih dari 100 negara. Namun Rusia, Ukraina dan AS belum menandatangani konvensi tentang bom cluster atau Convention on Cluster Munitions yang melarang produksi, penimbunan, penggunaan dan pemindahan senjata jenis itu.

Senjata yang menyebar ratusan bom kecil dengan jangkauan acak ini memiliki risiko gagal meledak ketika dijatuhkan. Dalam beberapa kasus, bom yang tertanam di dalam tanah baru meledak bertahun-tahun setelah perang selesai dan melukai warga sipil.