JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir April 2017 sebesar US$ 328,2 miliar atau tumbuh 2,4% year on year (YoY). Meski demikian, pertumbuhan tersebut masih melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,9% YoY. Perlambatan tersebut lantaran disebabkan karena perlambatan ULN publik dan masih menurunnya ULN swasta. ULN publik tercatat US$ 167,9 miliar atau tumbuh 9,2% YoY, lebih lambat dari Maret 2017 10% YoY. Sementara ULN swasta tercatat US$ 160,3 miliar atau turun 3,9% YoY. Bahkan penurunannya lebih dalam dibandingkan dengan penurunan pada Maret 2017 yang sebesar 3,6% YoY. Berdasarkan jangka waktu, ULN jangka panjang dan jangka pendek sama-sama tumbuh melambat dibanding bulan sebelumnya. ULN jangka panjang tercatat US$ 283,6 miliar, hanya tumbuh 1% YoY. Sementara ULN jangka pendek tercatat sebesar US$ 44,6 miliar atau hanya tumbuh 12% YoY. Menurut sektor ekonomi, posisi ULN swasta pada April 2017 masih terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,4%. Bila dibandingkan dengan Maret 2017, pertumbuhan tahunan ULN sektor industri pengolahan mengalami peningkatan, sedangkan ULN sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh melambat. Di sisi lain, ULN sektor pertambangan dan sektor keuangan masih mengalami kontraksi pertumbuhan. Meski demikian, BI memandang perkembangan ULN pada April 2017 tetap sehat, namun terus mewaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional. "BI terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas makroekonomi," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam keterangan resmi, Jumat (16/6). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
ULN Indonesia tumbuh, publik dan swasta melambat
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir April 2017 sebesar US$ 328,2 miliar atau tumbuh 2,4% year on year (YoY). Meski demikian, pertumbuhan tersebut masih melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,9% YoY. Perlambatan tersebut lantaran disebabkan karena perlambatan ULN publik dan masih menurunnya ULN swasta. ULN publik tercatat US$ 167,9 miliar atau tumbuh 9,2% YoY, lebih lambat dari Maret 2017 10% YoY. Sementara ULN swasta tercatat US$ 160,3 miliar atau turun 3,9% YoY. Bahkan penurunannya lebih dalam dibandingkan dengan penurunan pada Maret 2017 yang sebesar 3,6% YoY. Berdasarkan jangka waktu, ULN jangka panjang dan jangka pendek sama-sama tumbuh melambat dibanding bulan sebelumnya. ULN jangka panjang tercatat US$ 283,6 miliar, hanya tumbuh 1% YoY. Sementara ULN jangka pendek tercatat sebesar US$ 44,6 miliar atau hanya tumbuh 12% YoY. Menurut sektor ekonomi, posisi ULN swasta pada April 2017 masih terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,4%. Bila dibandingkan dengan Maret 2017, pertumbuhan tahunan ULN sektor industri pengolahan mengalami peningkatan, sedangkan ULN sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh melambat. Di sisi lain, ULN sektor pertambangan dan sektor keuangan masih mengalami kontraksi pertumbuhan. Meski demikian, BI memandang perkembangan ULN pada April 2017 tetap sehat, namun terus mewaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional. "BI terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas makroekonomi," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam keterangan resmi, Jumat (16/6). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News