KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) terus meningkatkan kinerjanya di tahun depan. Potensi pertumbuhan di minuman susu Ultra High Tempertarure (UHT) yang menjadi penopang bisnis perseroan diperkirakan dapat mengembang di 2019. Memasuki tahun politik di 2019, diprediksikan bahwa hal tersebut dapat merangsang daya beli dan menumbuhkan segmen usaha consumer goods serta food & beverages (f&b). Mengenai hal ini, Muhammad Muthassawar, General Manager Public Relations ULTJ enggan berspekulasi lebih jauh, yang jelas tahun depan diharapkan suasana politik dapat kondusif. "Agar pengiriman dan distribusi juga tetap normal sehingga pasokan stok tetap lancar," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (16/12). Untuk itu perseroan menargetkan pertumbuhan bisnis sekitar 12% di tahun depan. Optimisme ini berasal dari capaian perseroan yang selalu berhasil tumbuh diatas rata-rata industri susu nasional, adapun menurut beberapa riset pertumbuhan permintaan susu di dalam negeri rata-rata naik 5% tiap tahunnya. Adapun ULTJ mengklaim, di segmen susu UHT produknya mampu menjadi market leader dengan perolehan pangsa pasar 42%. Produk susu memang menjadi penyumbang terbesar bagi bisnis perseroan yakni 71,4% dari total revenue sepanjang sembilan bulan pertama di 2018 ini atau senilai Rp 2,88 triliun. Sementara sisanya 21,5% berasal dari segmen teh dan minuman kesehatan yang tercatat senilai Rp 871 miliar. Ramainya kompetisi di bisnis minuman ready to drink (RTD) ini tak membuat ULTJ khawatir, sebab untuk kategori teh RTD kemasan karton saja perseroan juga menjadi pemimpin pasar dengan perolehan market share 71% di domestik. Tampaknya, karena itulah di tahun 2019 perseroan belum berencana menambah portofolio produk minuman RTD yang baru. "Kami tetap fokus pada varian saat ini termasuk produk baru susu dan teh yg sudah diluncurkan tahun ini," terang Muthassawar. Yang terbaru, ULTJ meluncurkan dua varian susu Ultra Milk rasa Taro dan rasa Karamel, serta teh Kotak rasa Lemon. Di akhir tahun ini, ULTJ menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 13% hingga 15% dengan perolehan laba bersih diharapkan meningkat sebesar 5% sampai 10% sampai penghujung 2018. Adapun pendapatan bersih perseroan sampai kuartal tiga tahun inj tercatat Rp 4,04 triliun jumlah tersebut tumbuh 13,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp 3,57 triliun. Perusahaan diketahui juga menyiapkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 65 miliar di tahun depan. Capex akan dipakai untuk menyelesaikan ekspansi yang ada, penggantian mesin produksi hingga membangun kantor. Selain itu ULTJ juga akan menganggarkannya untuk pengmbangan proyek peternakan sapi perah milik PT Ultra Sumatera Dairy Farm (USDF) di Berastagi, Sumatera Utara, entitas usaha yang 69% sahamnya dimiliki ULTJ. Rencananya tahap pertama 2019 besok beroperasi dengan 2.000 sapi perah, dengan rencana jangka panjang mencapai 6.000 sapi perah. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ultra Jaya Milk (ULTJ) optimistis meraih pertumbuhan positif tahun depan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) terus meningkatkan kinerjanya di tahun depan. Potensi pertumbuhan di minuman susu Ultra High Tempertarure (UHT) yang menjadi penopang bisnis perseroan diperkirakan dapat mengembang di 2019. Memasuki tahun politik di 2019, diprediksikan bahwa hal tersebut dapat merangsang daya beli dan menumbuhkan segmen usaha consumer goods serta food & beverages (f&b). Mengenai hal ini, Muhammad Muthassawar, General Manager Public Relations ULTJ enggan berspekulasi lebih jauh, yang jelas tahun depan diharapkan suasana politik dapat kondusif. "Agar pengiriman dan distribusi juga tetap normal sehingga pasokan stok tetap lancar," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (16/12). Untuk itu perseroan menargetkan pertumbuhan bisnis sekitar 12% di tahun depan. Optimisme ini berasal dari capaian perseroan yang selalu berhasil tumbuh diatas rata-rata industri susu nasional, adapun menurut beberapa riset pertumbuhan permintaan susu di dalam negeri rata-rata naik 5% tiap tahunnya. Adapun ULTJ mengklaim, di segmen susu UHT produknya mampu menjadi market leader dengan perolehan pangsa pasar 42%. Produk susu memang menjadi penyumbang terbesar bagi bisnis perseroan yakni 71,4% dari total revenue sepanjang sembilan bulan pertama di 2018 ini atau senilai Rp 2,88 triliun. Sementara sisanya 21,5% berasal dari segmen teh dan minuman kesehatan yang tercatat senilai Rp 871 miliar. Ramainya kompetisi di bisnis minuman ready to drink (RTD) ini tak membuat ULTJ khawatir, sebab untuk kategori teh RTD kemasan karton saja perseroan juga menjadi pemimpin pasar dengan perolehan market share 71% di domestik. Tampaknya, karena itulah di tahun 2019 perseroan belum berencana menambah portofolio produk minuman RTD yang baru. "Kami tetap fokus pada varian saat ini termasuk produk baru susu dan teh yg sudah diluncurkan tahun ini," terang Muthassawar. Yang terbaru, ULTJ meluncurkan dua varian susu Ultra Milk rasa Taro dan rasa Karamel, serta teh Kotak rasa Lemon. Di akhir tahun ini, ULTJ menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 13% hingga 15% dengan perolehan laba bersih diharapkan meningkat sebesar 5% sampai 10% sampai penghujung 2018. Adapun pendapatan bersih perseroan sampai kuartal tiga tahun inj tercatat Rp 4,04 triliun jumlah tersebut tumbuh 13,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp 3,57 triliun. Perusahaan diketahui juga menyiapkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 65 miliar di tahun depan. Capex akan dipakai untuk menyelesaikan ekspansi yang ada, penggantian mesin produksi hingga membangun kantor. Selain itu ULTJ juga akan menganggarkannya untuk pengmbangan proyek peternakan sapi perah milik PT Ultra Sumatera Dairy Farm (USDF) di Berastagi, Sumatera Utara, entitas usaha yang 69% sahamnya dimiliki ULTJ. Rencananya tahap pertama 2019 besok beroperasi dengan 2.000 sapi perah, dengan rencana jangka panjang mencapai 6.000 sapi perah. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News