Ultrajaya Milk klaim masih jadi nomer satu di pasar susu UHT



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen susu siap saji (ready to drink) atau yang lebih dikenal sebagai susu Ultra High Temperature (UHT), PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) masih melihat potensi pasar susu yang besar di Indonesia.

Muhammad Muhthasawwar, General Manager Public Relations ULTJ mengatakan hal tersebut ditopang pula oleh permintaan akan susu di dalam negeri yang terus bertumbuh. "Pertumbuhannya cukup baik setiap tahunnya," ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu, (7/7).

Merujuk pada beberapa riset, konsumsi susu nasional Indonesia masih terhitung rendah yakni 12,1 kg per kapita per tahun. Angka ini jauh di bawah Malaysia sebesar 36 kg per kapita per tahun. Sedangkan pasar susu makin meluas seiring dengan peningkatan permintaan susu secara nasional sebesar 5% tiap tahunnya.


Muhthasawwar mengatakan setidaknya ULTJ menargetkan mampu tumbuh di atas rata-rata pasar. Adapun sampai sekarang perseroan mengklaim masih mendominasi pangsa pasar susu UHT.

"Mungkin (market share) di atas 50%," ungkapnya. Adapun saat ini perseroan memiliki pabrik pengolahan susu UHT dengan kapasitas produksi hingga 500 juta liter per tahun. Untuk bahan baku tersebut, setiap hari dikirim dari peternak ULTJ dan anggota koperasi yang rata-rata memiliki sapi 5 -10 sapi per orang.

Menilik laporan keuangan perseroan di kuartal-I 2018, tercatat pendapatan bersih sebesar Rp 1,3 triliun. Pendapatan perusahaan tersebut naik sebesar 10,3% dibandingkan dengan pendapatan ULTJ pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Penjualan tersebut dikontribusikan dari penjualan pihak ketiga dari pasar lokal sebesar Rp 1,38 triliun untuk penjualan minuman. Sementara penjualan makanan di pasar lokal mencapai Rp 43,3 miliar.

Di pasar ekspor, penjualan minuman ULTJ memiliki kontribusi sebesar Rp 3,44 miliar. Untuk penjualan makanan perusahaan tercatat sebesar Rp 2,88 miliar.

Tak sejalan dengan pertumbuhan pendapatannya, laba ULTJ justru tergerus di sepanjang kuartal I-2018 yakni sebesar Rp 167,12 miliar. Laba perusahaan tersebut mencerminkan penurunan sebesar 31,69% dibandingkan dengan laba perusahaan di periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 244,69 miliar.

Beban pokok penjualan menjadi penggerus terbesar laba perusahaan yakni sebesar Rp 827 miliar. Beban pokok pendapatan di kuartal I-2018 tersebut naik 9,8% dibandingkan dengan beban pokok pendapatan perusahaan sebesar Rp 753,18 miliar di sepanjang kuartal I-2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie