UMA naik, indikasi perdagangan kian ramai



JAKARTA. Pergerakan harga saham yang tak wajar atau Unusual Market Activity (UMA) di bursa meningkat. Kenaikannya pun signifikan.

Sejak awal tahun, tercatat sudah ada 117 UMA yang terjadi hingga pekan terakhir November tahun ini. Padahal tahun lalu, hanya ada sekitar 60 kejadian, itu pun dalam satu tahun penuh selama periode 2015.

Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo bilang, ada beberapa faktor yang memicu hal ini. "Salah satunya adalah, kondisi perekonomian nasional tahun ini yang unik," ujarnya kepada KONTAN, Senin (28/11).


Unik cenderung atraktif. Fundamental makro menguat, otomatis perdagangan di pasar modal juga semakin ramai. Ini terlihat dari rata-rata transaksi harian hingga November ini yang mencapai sekitar Rp 7,45 triliun, naik 29% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sekitar Rp 5,77 triliun.

Dari sisi rata-rata volume harian pun jauh meningkat jadi 7,05 miliar saham dari sebelumnya 5,98 miliar saham. Demikian pula dengan rata-rata jumlah frekuensi harian yang hingga bulan ini tercatat sebanyak 260.530 kali, meningkat sekitar 17% year on year (yoy).

Nah, terlepas dari jumlah float yang kecil, maraknya UMA ini juga karena semakin ramainya perdagangan inilah yang membuka peluang terjadinya UMA semakin besar.

Perlu dicatat, pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran di bidang pasar modal. Artinya, UMA bukan berarti hukuman bagi trader.

"Makanya, kan, juga ada auto rejection dan ini menjadi semacam peringatan dini bagi para investor," kata Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Hamdi Hassyarbaini.

Nah, karena sifatnya yang bukan hukuman inilah yang membuat UMA akan terus terjadi. Bahkan, bagi sebagian trader, UMA justru dilihat sebagai sebuah peluang.

"Makanya setelah UMA, trader enggak kapok karena ini (UMA) juga bukan berarti yang bersangkutan itu salah. Malah bagi trader yang berpengalaman justru melihat UMA sebagai peluang," tutur Satrio. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto