UMKM di Nangroe Aceh dan Nias Sebagian Telah Pulih



Jakarta, 17 November 2009. Pengusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) korban Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan Nias Sumatera Utara Desember 2004 lalu sebagian telah pulih. Dengan penyerapan tenaga kerja yang cukup besar, mereka kini memperkuat ekonomi NAD dan Nias.Fakta ini terlihat dari laporan terbaru Swisscontact Indonesia, lembaga swadaya asing asal Swiss di Indonesia. LSM yang bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi UKM itu mencatat ada 1.454 UKM di delapan wilayah yang telah mendapatkan bantuan dana dan pendampingan. Lima sektor usaha dari 16 sektor usaha yang mendapat bantuan ini adalah tekstil atau garment, makanan dan minuman, otomotif, kayu dan furniture, besi dan pengolahan, kerajinan, dan agriculture.Delapan wilayah itu adalah Banda Aceh, Bireuen, Blangpidie, Langsa, Lhokseumawe, Medan, Meulaboh, dan Nias. Sedangkan dana yang telah disalurkan, sejak Juli 2005 sampai Juni 2009 mencapai US$ 8,1 juta (sekitar Rp 80 miliar) yang berasal dari beberapa sponsor, seperti perusahaan minyak Chevron, Dana Solidaritas Swiss (Swiss Solidarity), dan Kementerian Ekonomi Swiss.Swisscontact menjalankan program pemberdayaan ekonomi di Aceh dan Nias melalui proyek khusus bernama SPAN (Swiss Project for Business Recovery in Aceh and North Sumatera). “Tingkat keberhasilan program ini mencapai 98%,” klaim Manfred Borer, Manajer Proyek SPAN, dalam diskusi bertajuk Pemulihan Bisnis di Aceh, di Hotel Grand Mahakam, hari ini (17/11).Manfred mencatat, ribuan UMKM yang telah dibantu oleh SPAN setidaknya berhasil menciptakan lapangan pekerjaan untuk sekitar 8.444 orang, lebih dari setengahnya ada di level usaha mikro dan kecil. Sekitar 31% lapangan pekerjaan itu diserap oleh kaum perempuan.Namun dalam laporan Swisscontact juga, tercatat penghasilan para pekerja di sektor UMKM dibelanjakan untuk konsumsi. “Sekitar 58% penghasilan mereka habiskan untuk menabung dan membeli handphone baru,” kata David Ambadar, Project Advisor SPAN yang melakukan penelitian terhadap dampak program ini kepada pengusaha UMKM di Aceh-Nias.Selama memberikan bantuan, SPAN tidak memberikan dispensasi kepada para mantan anggota GAM. Mereka semua diperlakukan sama ketika mengajukan proposal. “Tidak ada kategori khusus untuk mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM). "Kalau tidak layak, proposal kami tolak,” ujar Manfred. Selain memberikan bantuan permodalan berbunga ringan, SPAN memberikan bantuan berupa training dan pendampingan. SPAN juga membantu UMKM membuatkan rencana bisnis yang baik agar bank dan modal ventura tertarik memberikan kredit. Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ernovian G. Ismy yang hadir dalam diskusi tersebut mengaku, industri tekstil sangat terbantu dengan program seperti ini. “Kebanyakan bantuan ini memang menyasar industry rumahan. Saya lihat cukup efektif,” kata Ernovian, kepada KONTAN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test