UMKM kian mudah menjangkau pinjaman modal



KONTAN.CO.ID - Sebagai respon persoalan permodalan, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Persero yang sejak awal menggarap bisnis pinjaman (kredit) modal kepada pelaku UMKM mengemas dua produk, yaitu Unit Layanan Modal Mikro (UlaMM) dan Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar).

Direktur Utama, Arief Mulyadi mengatakan, pemberian kredit modal ini berbeda dengan kredit modal usaha KUR yang juga tengah digencarkan oleh sejumlah bank BUMN. Ia menjelaskan kedua produk tersebut, baik ULaMM maupun Mekaar menyasar pelaku UMKM yang belum terjamah akses perbankan. “Kami terjun ke lapangan langsung untuk mencari nasabah,” terang Arief.

Ia menekankan jika calon nasabah tidak perlu harus memiliki usaha lebih dulu saat mengajukan kredit. Langkah tersebut dilakukan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam sektor wirausaha.


Produk UlaMM dan Mekaar tentu memiliki perbedaan. Mekaar hanya ditujukan bagi para ibu rumah tangga produktif yang kondisi ekonomi keluarganya tergolong pra-sejahtera. “Khusus Mekaar, kami berikan bagi ibu-ibu yang rentan miskin. Kenapa pilih ibu-ibu, karena kami yakin kalau wanita bisa berdaya, keluarganya bisa lebih sejahtera,” ujar Arief.

Plafon bantuan kredit modal Mekaar sebesar Rp 2 juta-Rp 5 juta per nasabah. Tentu nominal ini berbeda dengan produk ULaMM yang plafon kredit modalnya mencapai Rp 25 juta sampai Rp 500 juta. Kapasitas usaha yang dimiliki nasabah Mekaar dan ULaMM tentu berbeda juga.

Arief mengatakan, kredit modal tersebut akan diberikan secara bertahap. Tim PNM akan terjun langsung memonitoring perkembangan usaha tiap nasabah lewat kelompok-kelompok kecilnya. Jika dengan nominal pinjaman tertentu, nasabah tersebut mampu membayar cicilannya secara disiplin, selanjutnya nominal pinjaman berpeluang meningkat.   

Santi Maryuni (41), salah satu nasabah Mekaar asal Desa Pakemtegal, kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY tertarik menerima kredit modal ini karena diajak oleh tetangganya. “Awalnya kami dikumpulkan di satu rumah, karena kebetulan tetanggaan dan rumahnya di sekitar sini semua. Setelah kumpul, kami dijelaskan soal pinjaman dari PNM ini, syaratnya apa saja. Istilahnya kami kayak sekolah lagi lah,” ungkapnya.

Pinjaman pertama yang diajukan Santi untuk usaha kateringnya sekitar Rp 1 juta. Seiring berkembangnya kapasitas usaha kateringya, ia pun mulai meningkatkan pinjaman tersebut. Kini, plafon pinjaman modal yang diterima Santi sudah mencapai Rp 2,5 juta.

“Saya buka katering kecil-kecilan saja, biasanya untuk acara di sekolah-sekolah atau kalau ada hajatan di sekitar sini. Hasilnya lumayan banget untuk nambah-nambah uang belanja,” tutur Santi saat ditemui KONTAN di rumahnya, pekan lalu.        

Ternyata, pelaku UMKM tak hanya butuh modal finansial

Selama ini, masalah modal finansial kerap menghantui para  pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Meski sudah menjadi masalah klasik, solusi belum bisa diterapkan secara maksimal. Tak heran, kondisi UMKM di tanah air, terutama yang berada di daerah pelosok masih sulit berkembang.

Namun menurut Arief Mulyadi, Direktur Utama PT PNM, kendala utama pelaku UMKM tidak hanya soal modal finansial. Ada modal lain yang juga penting bagi mereka.

“Ada tiga modal yang PNM berikan bagi nasabah ULaMM dan Mekaar, yaitu modal finansial berupa uang tunai. Lalu ada modal intelektual berupa bimbingan seputar bisnis apa yang akan dijalankan, bagaimana cara menjalankan bisnis, sistem pembukuan dan sebagainya. Dan, yang ketiga ada modal sosial. Lewat modal ini, PNM berusaha membentuk jaringan  antar pelaku UMKM,” terang Arief.  

Ia menjelaskan, modal intelektual dan sosial dijalankan PNM dengan menerjunkan tim monitoring langsung ke lapangan. Setiap tim bertanggungjawab untuk memonitoring soal perkembangan usaha tiap nasabah yang berada di bawah mereka.  “Tim kami terjun ke nasabah sebulan sekali," jelas Haryono, Pemimpin Cabang ULaMM Wilayah Yogyakarta.

Selain memberi pengetahuan soal bisnis, tim juga membagikan solusi jika pelaku usaha alami kesulitan. "Misal, kalau kesulitan pemasaran, kami bantu untuk menghubungkan dengan jaringan yang bisa kasih pasar,” jelas Haryono.    

Poniman, salah satu nasabah ULaMM sekaligus pemilik Etawa Agro Prima asal Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY mengatakan, dirinya mendapat pinjaman modal dari PNM sejak tahun 2015. Modal awal yang ia pinjam sebesar Rp 200 juta.

Selain bisa menambah kapasitas produksi, Poniman juga bisa memperbanyak varian produk olahan susu kambing Etawa miliknya.

“Modal awal saya gunakan untuk nambah peralatan produksi. Saya juga mendapat pengarahan dari tim PNM untuk nambah varian produk agar pasarnya makin luas,” tuturnya.

Saat ini ada empat varian produk yang dihasilkan oleh pengolahan susu kambing Etawa milik Poniman. Yakni,  susu bubuk, susu siap minum, permen susu dan kerupuk susu.

Santi Maryuni (41), salah satu nasabah Mekaar asal desa Pakemtegal, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY juga awalnya tidak memiliki ide usaha yang akan digelutinya. Setelah menjalani ‘sekolah’ bimbingan yang diberikan tim dari PNM, barulah ia mantap menjalankan usaha katering kecil-kecilan.  

Per Juli 2018, PT PNM sudah memiliki 4, 08 juta nasabah Mekaar dan 286.000 nasabah ULaMM. Para nasabah tersebar di 34 provinsi seluruh Indonesia. Sedangkan kantor Mekaar sudah ada 1.743 unit dan kantor ULaMM ada 694 unit di seluruh Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.