UMR menjadi berkah emiten ritel



JAKARTA. Kenaikan upah minimum regional (UMR) tahun 2013 membuat sebagian besar kelompok pengusaha meradang. Mereka khawatir, jika upah dinaikkan, ongkos produksi bakal membengkak. Ujung-ujungnya hal itu akan menggerus laba.

Namun sisi lain, sejumlah sektor bisnis berpotensi mendapuk untung dari situ. Salah satunya adalah emiten di sektor ritel modern, khususnya yang menyasar pasar menengah ke bawah. Pasalnya, kenaikan UMR itu ditujukan bagi pekerja strata bawah. Jika kemampuan konsumsi kalangan ini meningkat, emiten-emiten ini pun bisa menikmati kenaikan penjualan. 

Analis Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer mengatakan, saham emiten ritel seperti PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) bisa menjadi pilihan. RALS misalnya, selama sembilan bulan terakhir, berhasil membukukan penjualan Rp 5,9 triliun. Jumlah itu mencerminkan 79% dari target penjualan RALS tahun ini.


Selain soal UMR, Adrian menyebut, dua faktor tambahan yang akan menguntungkan RALS selama dua tahun ke depan. Pertama, kenaikan standar besaran pendapatan tidak kena pajak dari Rp 1,3 juta menjadi Rp 2 juta.

Kedua, pemilu legislatif dan presiden 2014. Adrian memperkirakan, laba bersih RALS akan naik sebesar 25,9% pada tahun 2012 dan sebesar 46,2% di 2013.

Analis OSK Securities, Andrey Wijaya dalam risetnya, mengatakan  akan ada peningkatan jumlah konsumen ritel kelas menengah ke bawah pada 2013. Ini sejalan dengan target penurunan angka pengangguran yang dicanangkan pemerintah dari 6,6% pada bulan Januari 2012 menjadi 5,8%-6,1% pada 2013.

PER masih murah

Anindya Saraswati, analis Danareka Sekuritas, bilang, meski pertumbuhan ekonomi membantu kinerja emiten ritel, tapi persaingan di bisnis ini juga sangat ketat. Ia menyarankan investor mencermati emiten yang kerap melakukan aksi korporasi positif, seperti PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES).  

Sejak awal 2012 hingga Oktober, emiten ini sudah mendirikan 18 gerai baru di tujuh kota di Indonesia. Total gerai ACES  saat ini mencapai 71 gerai di 23 kota di Indonesia.

Sementara, kinerja PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) juga terdongkrak dari penambahan produk baru. UNVR merilis 50 - 60 produk baru tahun ini. Strategi ini mampu memperkuat kinerja penjualan hampir seluruh merek dari berbagai kategori produk.

UNVR juga menambah kapasitas produksi di berbagai merek. Ekspansi tersebut sudah dilakukan di semua pabrik seperti Cikarang dan Surabaya. UNVR telah menggelontorkan belanja modal sebesar Rp 1,3 triliun - Rp 1,4 triliun di tahun ini. 

Menurut Adrian, saham emiten ritel dengan segmen menengah cenderung murah. Price earning ratio (PER) RALS, misalnya,  sebesar 15,3 kali dan ACES sebesar 26,6 pada 2013. "Saham yang murah dan punya fundamental baik layak koleksi," ujarnya.

            

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini