JAKARTA. Produsen plastik dan karung PT Yanaprima Hastapersada Tbk (YPAS) berencana merelokasi pabrik ke Jawa Tengah. Relokasi pabrik dilakukan karena Upah Minimum Regional (UMR) lokasi pabrik mereka saat ini yaitu Jawa Timur, terlalu mahal. Direktur YPAS Rinawati mengatakan, UMR yang tinggi membuat harga jual produknya tidak kompetitif. "UMR tiap daerah berbeda, jika dibandingkan dengan perusahaan lain dengan UMR lebih kecil, membuat harga jual produk kami tidak kompetitif," ujar Rinawati dalam paparan publik usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Jumat (15/5). Saat ini YPAS memiliki pabrik di Sidoarjo dan Surabaya. Perusahaan memproduksi karung plastik, karung transparan, karung laminasi dan kantung semen, dengan kapasitas total 24.000 ton per tahun. Adapun pada 2014 utilisasi pabrik mencapai sekitar 71%. UMR di Jawa Timur sebesar Rp 2,7 juta per bulan. Ditambah dengan upah sektoral 10%, maka perusahaan harus membayar total Rp 2,9 juta per bulan untuk upah. Dia membandingkan dengan UMR Jawa Tengah yang hanya sebesar Rp 1,26 juta per bulan. "Disparitas harga jual produk plastik dan karung kami dengan perusahaan di Jawa Tengah bisa mencapai 8%-10%, kami lebih mahal," ujar Rinawati. Atas pertimbangan itulah, perusahaan berencana merelokasi pabrik ke daerah yang UMR-nya lebih rendah yaitu Jawa Tengah. Untuk itu perusahaan ini sedang mencari lokasi pastinya. Banyak hal yang jadi pertimbangan seperti harga tanah, kedekatan dengan infrastuktur pendukung seperti akses jalan dan pelabuhan. Sebab sebagian bahan baku berasal dari impor. "Penjualan juga ada yang ekspor," terang Rinawati. Yang pasti, perusahaan menargetkan pada 2016, pabrik baru di Jawa Tengah sudah beroperasi. Untuk relokasi itu, diperkirakan membutuhkan investasi sekitar Rp 100 miliar untuk membeli tanah, mendirikan bangunan. "Mesin-mesin kami bawa dari pabrik yang sebelumnya," ujar Rinawati. Saat relokasi pabrik itu, perusahaan harus merelakan kapasitas produksinya turun 10%-15%. Penurunan produksi dilakukan karena dalam relokasi pabrik, mesin-mesin di bawah tahun 2004 tidak kami bawa. Mesin tersebut dianggap tidak efisien. "Memang kapasitas produksi menurun, tapi itu lebih optimal dan efisien," . Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
UMR murah, Yanaprima relokasi pabrik ke Jateng
JAKARTA. Produsen plastik dan karung PT Yanaprima Hastapersada Tbk (YPAS) berencana merelokasi pabrik ke Jawa Tengah. Relokasi pabrik dilakukan karena Upah Minimum Regional (UMR) lokasi pabrik mereka saat ini yaitu Jawa Timur, terlalu mahal. Direktur YPAS Rinawati mengatakan, UMR yang tinggi membuat harga jual produknya tidak kompetitif. "UMR tiap daerah berbeda, jika dibandingkan dengan perusahaan lain dengan UMR lebih kecil, membuat harga jual produk kami tidak kompetitif," ujar Rinawati dalam paparan publik usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Jumat (15/5). Saat ini YPAS memiliki pabrik di Sidoarjo dan Surabaya. Perusahaan memproduksi karung plastik, karung transparan, karung laminasi dan kantung semen, dengan kapasitas total 24.000 ton per tahun. Adapun pada 2014 utilisasi pabrik mencapai sekitar 71%. UMR di Jawa Timur sebesar Rp 2,7 juta per bulan. Ditambah dengan upah sektoral 10%, maka perusahaan harus membayar total Rp 2,9 juta per bulan untuk upah. Dia membandingkan dengan UMR Jawa Tengah yang hanya sebesar Rp 1,26 juta per bulan. "Disparitas harga jual produk plastik dan karung kami dengan perusahaan di Jawa Tengah bisa mencapai 8%-10%, kami lebih mahal," ujar Rinawati. Atas pertimbangan itulah, perusahaan berencana merelokasi pabrik ke daerah yang UMR-nya lebih rendah yaitu Jawa Tengah. Untuk itu perusahaan ini sedang mencari lokasi pastinya. Banyak hal yang jadi pertimbangan seperti harga tanah, kedekatan dengan infrastuktur pendukung seperti akses jalan dan pelabuhan. Sebab sebagian bahan baku berasal dari impor. "Penjualan juga ada yang ekspor," terang Rinawati. Yang pasti, perusahaan menargetkan pada 2016, pabrik baru di Jawa Tengah sudah beroperasi. Untuk relokasi itu, diperkirakan membutuhkan investasi sekitar Rp 100 miliar untuk membeli tanah, mendirikan bangunan. "Mesin-mesin kami bawa dari pabrik yang sebelumnya," ujar Rinawati. Saat relokasi pabrik itu, perusahaan harus merelakan kapasitas produksinya turun 10%-15%. Penurunan produksi dilakukan karena dalam relokasi pabrik, mesin-mesin di bawah tahun 2004 tidak kami bawa. Mesin tersebut dianggap tidak efisien. "Memang kapasitas produksi menurun, tapi itu lebih optimal dan efisien," . Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News