KONTAN.CO.ID - Melbourne. Langkah pemerintah Indonesia mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin ke rapat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 mendapat kecaman dari sejumlah negara. Namun semestinya, G20 harus menjadi sarana diplomasi untuk perdamaian di Ukraina yang kini digempur militer Rusia. Indonesia adalah tuan rumah KTT G20 pada November 2022. KTT G20 akan berlangsung di Bali. Salah satu negara yang tidak suka dengan langkah Indonesia mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin adalah Australia. Dilansir dari Kompas.com. Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Kamis (24/3/2022) berkata, keputusan Indonesia mengizikan kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin di G20 adalah langkah yang terlalu jauh. Putin diundang ke KTT G20 oleh Indonesia selaku tuan rumah.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva pada Rabu (23/3/2022) mengatakan, Putin sendiri juga berniat untuk datang ke KTT G20 Indonesia. Akan tetapi Morrison keberatan Putin hadir di KTT G20 2022, dengan alasan perang Rusia di Ukraina. "Saya pikir di ruangan kita perlu mengundang orang-orang yang tidak menyerang negara lain," katanya dikutip dari AFP. Morrison juga berujar, sudah melakukan kontak langsung dengan Presiden Indonesia Joko Widodo tentang kehadiran Putin di G20, yang mengundang negara-negara perekonomian top dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Jepang, dan beberapa negara Eropa. "Rusia menginvasi Ukraina. Ini adalah tindakan kekerasan dan agresif yang menghancurkan aturan hukum internasional," kata Morrison pada konferensi pers di Melbourne. "Dan ide untuk duduk satu meja dengan Vladimir Putin... bagi saya, adalah langkah yang terlalu jauh."
Baca Juga: Vladimir Putin Akan Menghadiri KTT G20 di Bali China pekan ini menyebut Rusia sebagai anggota penting G20 dan mengatakan, tidak ada anggota yang berhak mengusir negara lain, setelah AS membuka lebar peluang untuk mendepak Rusia. Morrison juga menekankan bahwa Australia dan Belanda bulan ini meluncurkan proses hukum baru terhadap Rusia atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17, yang ditembak jatuh di Ukraina pada 17 Juli 2014 dan menewaskan semua orang di dalamnya. Penyelidik internasional mengatakan, MH17 jatuh akibat ditembak rudal darat-ke-udara yang awalnya dibawa dari pangkalan militer Rusia. “Jadi kita tahu wujud Vladimir Putin dalam hal mengambil nyawa warga sipil yang tidak bersalah,” kata Morrison. "Saya tidak terkejut dengan kebiadaban mereka. Saya tidak terkejut dengan arogansi mereka dalam apa yang mereka coba terapkan di Ukraina. Dan itulah mengapa Australia menjadi salah satu yang terkuat dalam mengambil tindakan terkait dengan Rusia," imbuhnya. Australia pada Minggu (20/3/2022) mengumumkan larangan semua ekspor alumina dan bauksit ke Rusia sambil menjanjikan lebih banyak senjata dan bantuan kemanusiaan ke Ukraina. Pemerintah negara tetangga Indonesia itu mengatakan, Australia telah menjatuhkan 476 sanksi terhadap individu dan institusi Rusia sejak invasi ke Ukraina dimulai pada 24 Februari. Pentingnya KTT G20 Pertemuan G20 adalah sebuah forum utama kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia, terdiri dari 19 negara dan satu lembaga Uni Eropa. KTT G20 seharusnya bisa menjadi sarana untuk mendukung perdamaian dunia. Selain itu, KTT G20 juga bisa menjadi momentum untuk menyelesaikan pandemi Covid-19 yang sudah terjadi sejak 2 tahun lalu. Dilansir dari website Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Sekretaris Direktorat Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan presidensi Indonesia pada G20 tahun 2022 ini sangat strategis mengingat forum ini akan memberikan suatu percontohan yang nyata dan komprehensif untuk recovery global. Dari sektor kesehatan fokus utama adalah terkait dengan memperkuat arsitektur kesehatan global dengan 3 sub isu prioritas yang terdiri dari pembangunan sistem ketahanan kesehatan global, harmonisasi standar protokol kesehatan global, dan pengembangan pusat studi serta manufaktur untuk pencegahan, persiapan, dan respons terhadap krisis kesehatan yang akan datang.
Terkait pengembangan pusat studi serta manufaktur untuk pencegahan persiapan dalam merespon terkait krisis kesehatan yang akan datang, kata dr. Nadia, adanya pertemuan G20 memungkinkan pengembangan yang lebih cepat terhadap penemuan vaksin mRNA dan juga vaksin yang lebih murah, aman, untuk merespon suatu kondisi pandemi. “Akan tetapi saat ini pengembangan vaksin mRNA hanya terjadi di negara-negara maju,” katanya pada konferensi pers secara virtual di Jakarta, Rabu (23/3). Untuk bersiap menghadapi pandemi berikutnya, lanjut dr. Nadia, setiap negara harus memiliki akses yang setara terhadap vaksin, terapeutik dan diagnostik. Sebagai tambahan, praktik terbaik sangat dibutuhkan pada masa pandemi untuk memperkuat jaringan kolaborasi dan jejaring antar para ahli, dan antar ilmuwan pada sektor kesehatan masyarakat. “Maka dari itulah menjadi sangat penting untuk menetapkan suatu perusahaan manufaktur regional dan pusat sebagai kolaborasi riset. Tanpa ada komitmen politik yang kuat untuk membangun sistem kesehatan global yang lebih kuat maka negara akan mengalami kesulitan untuk keluar dari situasi sulit sebagai dampak pandemi COVID-19,” tutur dr. Nadia.
Editor: Adi Wikanto