Uneg-uneg hati Prabowo di muka hakim konstitusi



JAKARTA. Prabowo Subianto mencurahkan semua perasaan hatinya atas pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden (pilpres) 2014 di Mahkmah Konstitusi (MK). Mantan Danjen Kopassus itu meluapkan semua perasaannya saat sidang perdana gugatan sengketa hasil Pemilihan Umum Presiden 2014 di MK Rabu, (6/8).

Prabowo membeberkan kekhawatirannya terhadap proses demokrasi di Indonesia, khususnya pada penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014 yang dilaksanakan 9 Juli lalu. Menurutnya, penyelenggaraan pemilihan penuh dengan kecurangan.

Salah satu contoh kecurangan yang disebutkan oleh Prabowo adalah soal perolehan suaranya dan pasangannya di beberapa tempat pemungutan suara yang ternyata nol. Menurut Prabowo, perolehan suara nol tersebut tidak mungkin terjadi.


Dia mengemukakan dua alasan. Pertama, keberadaan saksi dan keluarga kubu Prabowo- Hatta di setiap TPS. Menurutnya, tidak mungkin saksinya dan juga keluarganya tidak memberikan suara kepada pasangan Prabowo- Hatta.

Alasan ke dua, soal besarnya dukungan partai koalisi terhadap pasangan Prabowo- Hatta. Menurutnya, dengan dukungan suara partai politik pendukung pasangan Prabowo- Hatta yang mencapai 62%, tidak mungkin Prabowo- Hatta tidak mendapatkan satu dukungan suara pun di sejumlah tempat pemungutan suara.

"Ini totaliter, di Korea Utara saja mereka bikin 97,8%, 99% di kita ini bisa 100%, ini luar biasa, ini hanya terjadi di negara totaliter, fasis, komunis, di negara normal tidak akan terjadi seperti ini," katanya.

Prabowo merasa bahwa kecurangan yang terjadi pada Pemilihan Presiden 2014 kemarin telah melukai masyarakat Indonesia. Termasuk dirinya, yang merasa telah berjuang untuk demokrasi. "Saya ikut pemilu tiga kali, saya datang dari bawah, dari desa ke desa, kecamatan ke kecamatan, tapi, sekarang  kita dihadapkan pada pemerkosaan demokrasi," katanya.

Meskipun merasa dicurangi dan didzalimi, Prabowo tetap meminta rakyat, khususnya pendukung pasangan Prabowo- Hatta untuk tetap tenang. Dia meminta pendukungnya untuk  tertib dan menghindari ketidakpuasan dengan cara melanggar hukum. "Utamakan jalan konstitusi, percayalah yang benar adalah benar dan salah adalah salah, yang benat akan diridhoi Allah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto