KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. China dan Uni Eropa telah sepakat untuk memulai pembicaraan mengenai rencana pengenaan tarif terhadap kendaraan listrik (EV) buatan China yang diimpor ke pasar Eropa. Mengutip Reuters, Sabtu (22/6), Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan dia telah diberitahu oleh komisaris Uni Eropa Valdis Dombrovskis bahwa akan ada negosiasi konkret mengenai tarif dengan China. Konfirmasi ini muncul setelah Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa ketuanya Wang Wentao, dan Dombrovskis, wakil presiden eksekutif Komisi Eropa, telah sepakat untuk memulai konsultasi mengenai penyelidikan anti-subsidi UE terhadap kendaraan listrik China.
“Ini merupakan hal baru dan mengejutkan karena belum mungkin untuk mencapai jadwal perundingan yang konkret dalam beberapa minggu terakhir,” kata Habeck di Shanghai. Baca Juga: Xi dan Putin Cetak Skor, Semakin Banyak Negara Asia yang Ingin Gabung dengan BRICS Dia mengatakan ini adalah langkah awal dan masih banyak lagi yang diperlukan. “Kita masih jauh dari akhir, tapi setidaknya ini adalah langkah pertama yang tidak mungkin dilakukan sebelumnya.” Menteri Habeck sebelumnya mengatakan pada hari Sabtu bahwa Uni Eropa terbuka untuk berdiskusi mengenai tarif UE terhadap ekspor China. “Apa yang saya sarankan kepada mitra saya di China hari ini adalah pintu terbuka untuk diskusi dan saya berharap pesan ini didengar,” katanya dalam pernyataan pertamanya di Shanghai, setelah pertemuan dengan para pejabat China di Beijing. Kunjungan Habeck adalah yang pertama yang dilakukan pejabat senior Eropa sejak Brussels mengusulkan bea masuk yang besar terhadap impor kendaraan listrik (EV) buatan China untuk memerangi subsidi berlebihan seperti anggapan Uni Eropa. Habeck mengatakan ada waktu untuk berdialog antara UE dan China mengenai masalah tarif sebelum tarif tersebut berlaku sepenuhnya pada bulan November dan dia percaya pada pasar terbuka tetapi pasar memerlukan persaingan yang setara. Subsidi yang terbukti dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan ekspor perusahaan tidak dapat diterima, kata menteri Habeck. Hal lain yang menjadi ketegangan antara Beijing dan Berlin adalah dukungan China terhadap Rusia dalam perangnya di Ukraina. Habeck mencatat perdagangan China dengan Rusia meningkat lebih dari 40% tahun lalu. Habeck mengatakan dia telah memberi tahu para pejabat China bahwa hal ini berdampak buruk pada hubungan ekonomi mereka. Baca Juga: China Gelontorkan Rp 3.742,2 Triliun untuk Dukung Industri Kendaraan Listrik “Penghindaran sanksi yang dikenakan terhadap Rusia tidak dapat diterima,” katanya. Ia menambahkan bahwa barang-barang teknis yang diproduksi di Eropa tidak boleh dikirim ke medan perang melalui negara lain.