Uni Eropa dan China Diskusi Lagi Cari Alternatif Pengenaaan Tarif Kendaraan Listrik



KONTAN.CO.ID - BRUSSELS. Uni Eropa dan China sepakat untuk segera mengadakan negosiasi teknis lebih lanjut mengenai kemungkinan alternatif tarif untuk kendaraan listrik buatan China. Komisi Eropa pada Jumat (25/10) mengatakan, masih terdapat kesenjangan yang signifikan.

Uni Eropa akan mengenakan tarif tambahan hingga 35,3% minggu depan untuk kendaraan listrik yang dibuat di China setelah penyelidikan anti-subsidi selesai. UE telah mengatakan pembicaraan dan dapat dilanjutkan setelah itu.

Kedua belah pihak sedang mempertimbangkan kemungkinan komitmen harga minimum dari produsen China atau investasi di Eropa sebagai alternatif tarif. "Para prinsipal sepakat negosiasi teknis lebih lanjut akan segera dilakukan", kata Komisi setelah panggilan video antara kepala perdagangan UE Valdis Dombrovskis dan Menteri Perdagangan Tiongkok Wang Wentao.


Baca Juga: Tingkat Gagal Bayar Surat Utang di China Melonjak

Komisi Eropa yang mengawasi kebijakan perdagangan untuk 27 negara anggota Uni Eropa telah mengadakan delapan putaran negosiasi teknis dengan mitra China dan mengatakan masih terdapat kesenjangan yang signifikan. 

Dombrovskis dan Wang menegaskan komitmen mereka untuk menemukan solusi yang dapat disetujui bersama yang perlu memastikan adanya persaingan yang setara di pasar UE dan sesuai dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia.

Dua minggu lalu, China mendesak UE untuk tidak melakukan negosiasi terpisah dengan perusahaan, dengan peringatan bahwa hal ini akan mengguncang fondasi negosiasi.

Komisi tersebut mengatakan Dombrovskis telah menekankan bahwa negosiasi eksekutif UE dengan Kamar Dagang China untuk Impor dan Ekspor Mesin dan Produk Elektronik (CCCME) tidak mengecualikan diskusi dengan eksportir perorangan.

Dombrovskis juga menyuarakan kekhawatiran tentang investigasi China terhadap brendi, daging babi, dan susu UE, dengan mengatakan bahwa UE menemukan bahwa investigasi tersebut tidak berdasar. 

Baca Juga: Oil Heads for Weekly Gain as Middle East Tensions Keep Market on Edge

Editor: Avanty Nurdiana