Uni Eropa Kenakan Tarif Tambahan Hingga 38% untuk Mobil Listrik China



KONTAN.CO.ID - BRUSSELS - Komisi Eropa pada hari Rabu mengumumkan kepada produsen mobil bahwa mereka akan mengenakan bea masuk tambahan hingga 38,1% untuk impor mobil listrik China mulai Juli mendatang. Langkah ini disebut sebagai tindakan proteksionis oleh China, tetapi industri mobil China menganggapnya tidak akan berdampak besar.

Kurang dari sebulan setelah Washington menaikkan bea masuk mobil listrik China menjadi 100%, Brussels memutuskan untuk menerapkan tarif tambahan 17,4% untuk BYD, 20% untuk Geely, dan 38,1% untuk SAIC. Tarif tersebut ditambahkan di atas bea masuk 10% yang sudah ada. Komisi Eropa beralasan bahwa China memberikan subsidi berlebihan kepada produsen mobil listrik mereka.

Baca Juga: China Tak Akan Tinggal Diam Jika Uni Eropa Kenakan Tarif pada Kendaraan Listrik


Menurut perhitungan Reuters berdasarkan data perdagangan Uni Eropa 2023, kebijakan ini akan membuat produsen mobil China mengeluarkan biaya tambahan miliaran euro. Keputusan ini diambil di saat produsen mobil China sedang menghadapi perlambatan permintaan dan penurunan harga di dalam negeri.

Langkah Uni Eropa ini muncul karena produsen mobil Eropa tertantang dengan masuknya mobil listrik murah dari China. Saham beberapa produsen mobil terbesar Eropa yang sebagian besar penjualannya berasal dari China, turun karena khawatir akan tindakan balasan dari China. Beberapa perusahaan, seperti BMW, sekarang juga akan dikenakan bea masuk atas mobil listrik mereka yang dibuat di China dan dijual di Eropa.

"Investigasi anti-subsidi ini adalah kasus tipikal proteksionisme," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian. Ia menambahkan bahwa tarif tersebut akan merusak kerja sama ekonomi dan perdagangan China-UE serta stabilitas produksi dan rantai pasokan mobil global.

Lin mengatakan China mendesak Uni Eropa untuk mendukung perdagangan bebas, dan Beijing akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk "secara tegas melindungi" hak dan kepentingan sahnya.

Namun, Asosiasi Mobil Penumpang China (CPCA) tampak tidak terlalu khawatir.

"Tarif sementara Uni Eropa pada dasarnya sesuai dengan harapan kami, rata-rata sekitar 20%, yang tidak akan banyak berdampak pada sebagian besar perusahaan China," kata Sekretaris Jenderal CPCA Cui Dongshu.

"Perusahaan yang mengekspor mobil listrik buatan China, termasuk Tesla, Geely, dan BYD, masih memiliki potensi besar untuk berkembang di Eropa di masa depan," kata Cui.

Baca Juga: Pabrikan Eropa dan AS Cari Cara Kalahkan Mobil Listrik China yang Lebih Murah

Kementerian Perdagangan China mengatakan akan memantau perkembangan ini dengan cermat dan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi hak-hak sah perusahaan China.

Beijing telah meluncurkan penyelidikan anti-dumping terhadap impor brendi, sebagian besar dari Prancis. Mereka juga mengeluarkan undang-undang pada April lalu untuk memperkuat kemampuannya dalam membalas jika Amerika Serikat atau Uni Eropa mengenakan bea masuk atas ekspor dari negara ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

Bea masuk sementara Uni Eropa akan mulai berlaku pada 4 Juli, dengan penyelidikan anti-subsidi akan terus berlanjut hingga 2 November. Setelah itu, bea masuk definitif, biasanya selama lima tahun, dapat diberlakukan.

Komisi Eropa mengatakan mereka akan menerapkan tarif 21% untuk perusahaan yang dianggap telah bekerja sama dengan penyelidikan dan 38,1% untuk perusahaan yang tidak bekerja sama. Produsen Barat seperti Tesla dan BMW yang mengekspor mobil dari China ke Eropa dianggap sebagai perusahaan yang bekerja sama.

Baca Juga: Uni Eropa Kenakan Tarif Impor Biji-bijian dari Rusia dan Belarusia Mulai Juli 2024

Margaritis Schinas, Wakil Presiden Komisi Eropa, mengatakan dalam konferensi pers bahwa mobil buatan China mendapat keuntungan dari subsidi yang tidak wajar, sehingga mengancam produsen Uni Eropa.

"Atas dasar ini, Komisi telah menghubungi otoritas China untuk membahas temuan ini dan mengeksplorasi cara-cara yang mungkin untuk menyelesaikan masalah yang diidentifikasi," katanya dalam konferensi pers.

Tarif indikatif ini lebih tinggi dari perkiraan analis yang memperkirakan bea masuk antara 10% dan 25% untuk mobil listrik China.

BYD, Geely, SAIC, dan Tesla belum menanggapi pertanyaan Reuters terkait laporan tersebut.

Baca Juga: Lonjakan Pesanan Kapal Angkut Cerminkan Booming Mobil Listrik China

Dampak Terbatas 

Beberapa ekonom mengatakan bahwa dampak langsung dari bea masuk tambahan ini akan sangat kecil secara ekonomi karena Uni Eropa hanya mengimpor sekitar 440.000 unit mobil listrik dari China dalam 12 bulan yang berakhir pada April senilai 9 miliar euro (sekitar Rp 138 triliun) atau sekitar 4% dari pengeluaran rumah tangga untuk kendaraan.

"Namun, bea masuk anti-subsidi ini bertujuan untuk membatasi pertumbuhan impor mobil listrik di masa depan, bukan untuk memblokir perdagangan yang sudah ada," kata Andrew Kenningham, kepala ekonom Eropa di Capital Economics.

"Keputusan ini menandai perubahan besar dalam kebijakan perdagangan Uni Eropa karena, meskipun Uni Eropa telah menggunakan langkah-langkah pertahanan perdagangan secara teratur dalam beberapa tahun terakhir, termasuk terhadap China, mereka sebelumnya tidak pernah melakukannya untuk industri yang begitu penting. Eropa sebelumnya juga enggan untuk terlibat dalam proteksionisme seperti yang diterapkan Amerika Serikat sejak masa kepresidenan Donald Trump," pungkasnya.

Editor: Syamsul Azhar