Uni Eropa tambah bea masuk biodiesel



JAKARTA. Kabar buruk bagi eksportir biodiesel di dalam negeri. Uni Eropa menaikkan tarif bea masuk tambahan untuk biodiesel. Besar kenaikan tarif bea masuk bervariasi. Misalnya, PT Musim Mas yang semula terkena tarif bea masuk hanya 2,8%, mulai awal Oktober, bea masuk tersebut dinaikkan menjadi 16,92%. Kemudian PT Permata Hijau, tarif bea masuknya meningkat dari 5,6% menjadi 17,2%.

Sementara itu, kedua perusahaan Wilmar Grup juga mengalami peningkatan pengenaan bea masuk dari sebelumnya 9,6% menjadi 20%. Bahkan PT Ciliandra Perkasa yang semula tidak dikenakan bea masuk tambahan, kini terkena bea tambahan 13%.

"Kita sudah ajukan surat keberatan kita kepada European Board pada tanggal 17 Oktober lalu," ujar Hendra Gondawidjaja, General Marketing PT Permata Hijau, kemarin.


Seperti telah ditulis KONTAN, eksportir biodiesel asal Indonesia terkena tuduhan pemberian subsidi dari skema harga patokan ekspor (HPE) sejak Mei 2013. Selain Indonesia, Argentina juga terkena tuduhan dumping. Hasil final keputusan dumping biodiesel pada November 2013.

Pihak UE menilai, harga yang dijual oleh para produsen biodiesel tersebut telah terdistorsi dengan HPE. Sehingga, harga beli minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) lebih rendah dibandingkan dengan harga di pasar Roterdam.

Namun, hal ini dibantah oleh eksportir asal Indonesia. "Kita akan perjuangkan bila yang mereka tuduhkan tidak punya basis yang benar," kata Togar Sitanggang Corporate Affairs Manager Musim Mas.

Kapasitas produksi biodiesel Uni Eropa mencapai 20 juta-22 juta ton per tahun. Namun, serapan pasar di Uni Eropa hanya setengahnya atau sekitar 10 juta saja. Dari jumlah tersebut, suplai biodiesel asal Indonesia dan Argentina mencapai 2 juta-2,5 juta per tahun.

Menurut Hendra, kebijakan bea masuk ini merupakan praktek perdagangan yang tidak adil (unfair trade) dengan tujuan membuat produk asal Indonesia tidak kompetitif di pasar Eropa.

Paulus Tjakrawan, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) mengatakan harga jual biodiesel berbahan baku minyak sawit asal Indonesia lebih murah sekitar US$ 200 per ton apabila dibandingkan dengan minyak nabati lain seperti kedelai ataupun bunga matahari. Hal ini terjadi karena produktivitas minyak sawit Indonesia cukup tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fitri Arifenie