Uni Eropa terapkan RED II, Apindo: Pengusaha harus lakukan diversifikasi pasar ekspor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para pengusaha mulai memutar otak untuk menyikapi rencana Uni Eropa yang akan mengimplementasikan regulasi (delegated act) untuk kesepakatan renewable energy directive (RED) II. Yang terbaru, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) berencana melakukan diversifikasi ekspor untuk menghadapi langkah Uni Eropa.

"Saat ini produk ekspor kita ke EU juga berupaya untuk terus diversifikasi ke pasar pasar baru," ujar Wakil Ketua Aprindo Shinta Widjaja Kamdani saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (14/4).

Antisipasi tersebut juga dilakukan untuk memperluas pasar ekspor Indonesia. Oleh karena itu Shinta bilang perluasan pasar dilakukan baik RED II diterapkan atau tidak.


Pengusaha juga berharap pemerintah terus melakukan pendekatan dengan pihak EU. Mengingat proses negosiasi yang terus berjalan, rencana boikot belum dapat disampaikan.

"Terlalu dini untuk disampaikan produk apa yang mau diboikot," terang Shinta.

Keputusan delegated act atas RED II rencananya akan dilakukan bulan Mei 2019 mendatang. Shinta bilang akan memberikan kesempatan pada pemerintah untuk mencari penyelesaian yang terbaik.

Asal tahu saja, Berdasarkan data Kemdag, ekspor Indonesia ke EU tahun 2018 sebesar US$ 17,1 miliar. Sementara impor Indonesia dari EU sebesar US$ 14,1 miliar.

Total perdagangan Indonesia dengan EU meningkat 8,29% dibandingkan pada tahun 2017 lalu. Asal tahu saja EU merupakan tujuan ekspor dan asal impor non migas terbesar ke-3 bagi Indonesia.

Produk ekspor utama Indonesia ke EU adalah minyak kelapa sawit, alas kaki, karet alam, asam lemak monokarboksilat, serta kelapa (kopra) dan minyak kernel. Sementara produk impor utama Indonesia dari Uni Eropa adalah perangkat telepon, mesin cuci, obat-obatan, peralatan pembangkit listrik, dan kendaraan bermotor.

Indonesia juga mencatatkan surplus neraca dagang dengan EU selama 5 tahun terakhir. Sementara nilai investasi EU di Indonesia tercatat senilai US$ 3,2 miliar pada 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi