KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah lama sukses dengan
brand kecap Bango, kali ini PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menambah portofolio produk di segmen saus, dengan meluncurkan saus sambal bermerek "Jawara". UNVR optimistis produk baru ini bakal dapat bersaing dengan kompetitor saus sambal yang telah eksis sebelumnya. Bukan tanpa alasan Unilever melirik pasar saus sambal ini. Apalagi, menurut Food Director Unilever Indonesia Hernie Raharja, hasil riset Euromonitor di tahun 2017 lalu memperlihatkan pertumbuhan tren konsumsi produk saus sambal yang signifikan. "Pertumbuhan konsumsi di tahun lalu mencapai 12%-13%," terangnya ditemui saat peluncuran produk, Kamis (13/9). Untuk itu, UNVR mengaku sudah jauh-jauh hari mempersiapkan produk ini agar dapat diterima di pasar dengan baik.
Hernie mengaku
developing alias pengembangan produk ini sudah dimulai sejak tahun 2017 lalu. "Kami pun mendapatkan suplai cabai langsung dari petani lokal lewat kerjasama
startup seperti Prestani dan Eragano," sebutnya. Kedua
startup tersebut fokus di sektor agrikultur dan bakal menjaga suplai bahan baku cabai bagi saus sambal milik UNVR. Mengenai berapa nilai investasi dan luas lahan yang dimiliki, manajemen UNVR enggan merincikan lebih lanjut. Yang jelas, menurut Hernie, manajemen berfokus pada marketing produk selain menjaga kebutuhan bahan baku agar tersedia dan mendapatkan harga yang baik. "Namanya bisnis makanan tentu masalah fluktuasi harga (bahan baku) bakal dihadapi," ujarnya. UNVR diketahui bekerjasama dengan pihak ketiga untuk menjalankan produksi saus sambal ini. Melihat keterangan di label produk "Jawara" tertera yang memproduksinya ialah PT Sekar Laut Tbk di Sidoarjo, Jawa Timur untuk PT Unilever Indonesia Tbk. Saat ini, UNVR mengincar pasar ritel di seluruh Indonesia. Mulai Kamis ini (13/9), produk saus sambal UNVR ini bakal tersebar di warung tradisional maupun ritel modern di Jawa maupun luar Jawa. Soal target untuk produk saus sambal ini, UNVR tak terlalu muluk-muluk. UNVR masih terus menggenjot semua lini bisnis di sektor makanan dan minuman dimana segmen saus sambal termasuk di dalamnya. Menurut Hernie, industri makanan dan minuman prospeknya masih terus bertumbuh hingga akhir tahun nanti. "Pasar industri ini (makanan) masih paling besar karena kebutuhan utama, dan saya rasa trennya masih terus tumbuh positif," ucapnya. Sampai semester-I 2018, sektor makanan dan minuman menyumbang 33% dari total pendapatan UNVR, yakni Rp 7,117 triliun. Penjualan bisnis makanan dan minuman UNVR tersebut tumbuh kurang dari 1% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 7,110 triliun. Sementara penyumbang terbesar berasal dari segmen
home and personal care sebanyak Rp 14,06 triliun di semester-I 2018. Jumlah tersebut turun mini dibandingkan semester-I 2017 yang senilai Rp 14,15 triliun.
Secara total penjualan bersih UNVR tercatat turun sekitar 0,3% menjadi Rp 21,18 triliun dari sebelumnya Rp 21,26 triliun. Beban pokok UNVR juga meningkat 0,6% menjadi Rp 10,42 triliun. Alhasil, laba kotor UNVR turun 1% menjadi Rp 10,77 triliun. Beban pemasaran dan penjualan UNVR tercatat Rp 4,04 triliun. Angka itu naik 1% dibanding semester I 2017, Rp 3,98 triliun. Sedang beban umum dan administrasi turun 4% menjadi Rp 1,93 triliun. Sehingga, laba usaha UNVR turun 2% menjadi Rp 4,89 triliun. Penurunan laba usaha membuat UNVR mencatat laba bersih Rp 3,53 triliun di semester I 2018, turun 2% dibanding periode sama tahun sebelumnya, Rp 3,62 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat