Unilever Indonesia terganjal sentimen daya beli yang lesu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daya beli masyarakat belum menunjukkan tanda-tanda bugar dalam waktu dekat. Kondisi ini bisa mengganjal kinerja PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) di 2018.

Memang survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan, di dua bulan terakhir, indeks keyakinan konsumen berada di atas level 100. Tapi dampaknya terhadap pemulihan daya beli tak terasa. "Walau ekspektasinya positif, kinerja di kuartal I-2018 kemungkinan masih mengecewakan," ujar Michael Wilson Setjoadi, Analis Bahana Sekuritas, pada Kontan, kemarin.

Berdasarkan survei BI, saat ini masyarakat lebih banyak mengalokasikan dana untuk menabung daripada berbelanja. Alhasil, kenaikan subsidi sosial dan kucuran dana kampanye jelang tahun politik tidak efektif meningkatkan daya beli masyarakat.


Persaingan ketat

Meski begitu, secara jangka panjang prospek UNVR masih positif. Sebab, selain subsidi sosial dan kucuran dana kampanye, masih ada pelaksanaan Sea Games. "Diharapkan Asian Games membuka peluang bagi UNVR untuk meluncurkan varian baru produknya," cetus Michael.

Ia optimistis tahun ini UNVR bisa membukukan kenaikan pendapatan 16% dan laba bersih 12%. Pertumbuhan kinerja akan disokong oleh segmen kebutuhan rumah tangga dan perawatan tubuh, serta segmen makanan dan minuman.

Sementara Mimi Halimin, Analis Mirae Sekuritas Indonesia, menurunkan proyeksi kinerja UNVR lantaran daya beli belum pulih. Perkiraan pendapatan di 2018 dipangkas 3,2% dari Rp 45,24 triliun menjadi Rp 46,76 triliun. Laba bersih dikurangi 4,4% dari Rp 7,52 triliun jadi Rp 7,86 triliun. "Pemulihan daya beli konsumen lebih lambat dari perkiraan," urai dia.

UNVR juga harus berhadapan dengan persaingan ketat di tahun ini. Janni Asman, Analis Maybank Kim Eng, menuturkan, emiten ini memang masih jadi pemimpin pasar. Tapi persaingan juga ketat. "Intensitas persaingan berpotensi mengikis pangsa pasar UNVR karena membatasi kenaikan harga barang per toko ASP," terang dia.

Menurut Janni, persaingan yang ketat akan terjadi pada segmen produk perawatan tubuh. Apalagi, selama beberapa tahun terakhir, para pesaing UNVR cukup gencar memasarkan produk perawatan kulit, deodoran dan perawatan rambut.

Janni sedikit memangkas proyeksi KLBF tahun ini. Sebelumnya, ia memprediksi pendapatan di 2018 akan mencapai Rp 48,77 triliun. Proyeksi ini dipangkas jadi Rp 44,35 triliun, dengan laba bersih sebesar Rp 7,69 triliun.

Michael masih memberi rekomendasi tahan saham UNVR pada harga Rp 49.000 per saham dan Mimi merekomendasikan tahan saham UNVR pada harga Rp 50.700 per saham. Sedangkan Janni merekomendasikan jual saham UNVR pada harga Rp 45.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati