KONTAN.CO.ID - PT Unilever Indonesia, Tbk. kembali tegaskan komitmen dalam melindungi keselarasan alam dengan penerapan pertanian regeneratif dalam upaya mengatasi perubahan iklim, peningkatan kesejahteraan petani, serta mendukung ketersediaan pangan masa depan. Komitmen ini disampaikan Perusahaan dalam ajang Future Foods Forum (FFF), sebuah wadah diskusi yang melibatkan para pemangku kepentingan lintas sektor untuk membahas upaya kolaborasi dalam transformasi sistem pangan nasional. Acara yang digagas oleh Unilever Indonesia; Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences Institut Pertanian Bogor (CTSS IPB); Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI); dan Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) ini dihadiri oleh berbagai perusahaan, instansi kepemerintahan, komunitas dan akademisi. Nurdiana Darus, Head of Corporate Affairs & Sustainability Unilever Indonesia menjelaskan, ”Sejalan dengan strategi keberlanjutan yang berfokus pada empat isu yaitu: iklim, alam, plastik, dan penghidupan (livelihood), Unilever Indonesia terus berupaya berkontribusi pada lingkungan dan masyarakat. Kami menyadari bahwa bisnis kami tidak dapat bertahan tanpa ekosistem alam yang baik. Sehingga penting bagi kami untuk turut mendukung upaya kolektif menuju sistem pangan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Dalam mewujudkan kelestarian sistem pangan, selama lebih dari satu dekade kami menggalakkan pertanian berkelanjutan guna memenuhi bahan baku dengan tetap menjaga kualitas lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan petani kecil, salah satunya melalui program Bango Pangan Lestari. Tidak hanya itu, kami juga aktif mengampanyekan program edukasi yang mengedepankan nutrisi dan pola makan sehat melalui program Royco Nutrimenu.” Sektor pertanian sebagai sumber pangan utama di Indonesia memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian, yaitu rata-rata 13,22% terhadap PDB Nasional tahun 2018-2022. Selain itu, Sensus Pertanian BPS 2023 menunjukkan, jumlah pekerja pada sektor pertanian mencapai 28,61% dari total tenaga kerja nasional. Namun, di saat bersamaan, pertanian turut berkontribusi terhadap pemanasan global dan rentan terdampak perubahan iklim. Tantangan sistem pangan pun kian kompleks karena pertumbuhan penduduk semakin tinggi, degradasi lahan, hingga kurangnya regenerasi petani. Hal ini menimbulkan urgensi untuk mengonsepkan ulang upaya ketahanan pangan dan sistem pangan nasional dari hulu ke hilir. “Upaya mitigasi dan adaptasi kami lakukan melalui penerapan Pertanian Regeneratif yang mempromosikan keselarasan dengan alam untuk membantu petani membangun sistem yang lebih tangguh dan bisnis yang lebih sehat dengan memastikan kesehatan tanah untuk produktivitas yang berkelanjutan, serta mengurangi emisi karbon. Hingga 2030 nanti, Unilever secara global menargetkan penerapan Pertanian Regeneratif di 1 juta hektar lahan” terang Nurdiana. Unilever Indonesia tengah menjalankan program yang mendukung ribuan petani kedelai hitam yang diawali di Jawa Timur untuk beralih ke sistem pertanian regeneratif. Mulai tahun ini, Unilever menyelenggarakan serangkaian pelatihan petani, membuat Sekolah Lapangan Petani dan mengembangkan 18 demo plot dengan prinsip pertanian regeneratif guna mendorong peningkatan produktivitas kedelai hitam, memperbaiki kesuburan tanah dalam jangka panjang, mengurangi intensitas karbon dan meningkatkan keanekaragaman hayati di lahan pertanian. Tentunya peralihan ke Pertanian Regeneratif membutuhkan kolaborasi multipihak, sehingga Perusahaan melibatkan segenap rantai pasokan dan pemangku kepentingan lainnya guna memberikan dampak positif pada regenerasi alam, meningkatkan kesejahteraan petani dan komunitas lokal, menjaga penggunaan sumber daya yang efisien, serta menghasilkan komoditas pangan yang berkualitas untuk pemenuhan pangan masa depan yang resilien (Future Foods). Annisa Utami Seminar, Peneliti dari CTSS IPB menjelaskan, Indonesia harus mulai mengadopsi cara bercocok tanam yang lebih efisien dan ramah lingkungan, seperti penerapan inovasi pertanian yang berkelanjutan, pertanian berbasis data yang memperhatikan keseimbangan ekosistem, sistem pengendalian hama terpadu yang meminimalkan penggunaan bahan kimia, serta penggunaan input pertanian alami dan berkelanjutan. Termasuk juga praktik pertanian regeneratif yang menjaga kesuburan tanah dan keanekaragaman hayati.” Sebagai salah satu cara dalam menghimpun kekuatan kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat tercapainya transformasi sistem pangan melalui pertanian regeneratif, Future Foods Forum (FFF) dibentuk sebagai jejaring kemitraan dan wadah diskusi lintas sektor dalam mengatasi berbagai isu seputar pangan di Indonesia. Anton Rizki, Chief Executive Officer CIPS dan Sekretariat dari FFF menjelaskan, “Tujuan FFF sejalan dengan target SDG Pemerintah pada dua pilar: Zero Hunger untuk mengakhiri masalah malnutrisi; serta memperbaiki status kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam jejaring FFF, kami memfasilitasi kegiatan anggota forum terkait kebijakan dan program yang bertujuan mencapai pertumbuhan ekonomi serta ketahanan pangan dan nutrisi di tengah meningkatnya kebutuhan pangan dan isu perubahan iklim.” Melalui FFF, Unilever Indonesia berharap tercipta sinergi dan kolaborasi bersama seluruh pihak dalam menerapkan peralihan sistem pangan yang berkelanjutan dan resilien melalui pertanian regeneratif untuk meningkatkan status gizi masyarakat Indonesia, menjaga keanekaragaman hayati, meningkatkan kesejahteraan petani, serta perubahan perilaku masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang. “Dengan besarnya manfaat dari transformasi sistem Pertanian Regeneratif bagi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat, semoga semakin banyak pihak bergabung di FFF dan bersinergi bersama dalam memadukan riset akademis, implementasi kebijakan serta program, agar bersama-sama kita dapat mewujudkan sistem pangan masa depan yang lebih baik,” tutup Nurdiana.
Tentang Unilever Unilever merupakan salah satu pemasok terbesar produk Beauty & Wellbeing, Personal Care, Home Care, Nutrition dan Ice Cream yang produknya digunakan oleh 3.4 miliar penduduk setiap harinya di lebih dari 190 negara. Kami memiliki 128.000 karyawan dan menghasilkan penjualan sebesar €59,6 miliar pada tahun 2023. Di Indonesia, PT Unilever Indonesia Tbk telah beroperasi sejak tahun 1933, ‘go public’ pada tahun 1982 dan saham-sahamnya tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Unilever memiliki lebih dari 4,000 karyawan dan delapan pabrik yang berada di Cikarang dan Rungkut.
Baca Juga: 90 Tahun Lifebuoy Dampingi Orang Tua Lindungi Anak dari Kuman Penyakit Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti