KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) terus memacu diversifikasi bisnis ke sektor non batubara, salah satunya di bisnis energi baru terbarukan (EBT) Melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN), UNTR mendirikan perusahaan patungan atau Joint Venture (JV) bersama-sama dengan Sumitomo Corporation (SC) dan Hitachi Zosen Corporation (HITZ). Ketiga perusahaan ini berkongsi mendirikan perusahaan patungan yang bernama PT Jabar Environmental Solutions (JES). Nantinya, PT Jabar Environmental Solutions akan melakukan kegiatan usaha pembangkitan tenaga listrik, serta treatment, pembuangan limbah dan sampah tidak berbahaya.
Corporate Secretary United Tractors, Sara K. Loebis mengungkapkan, jenis pembangkitan listrik yang akan dijalankan adalah jenis waste to energy alias pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSA) “Ini bagian dari lini bisnis energi yang saat ini sudah mengupayakan beberapa proyek non coal, seperti mini hidro, instalasi rooftop solar PV, dan keikutsertaan di panas bumi (geothermal),” terang Sara kepada Kontan.co.id, Senin (22/1).
Baca Juga: UNTR Gandeng Sumitomo dan Hitachi, Bentuk JV di Bisnis Listrik & Pengolahan Limbah Sumber dana yang digunakan untuk melakukan pembentukan usaha patungan berasal dari penyetoran modal masing-masing pemegang saham. Energia Prima bersama-sama dengan Sumitomo Corporation maupun Hitachi Zosen masing-masing telah melakukan penyetoran modal dalam Jabar Environmental Solutions. Rinciannya, Energia Prima melakukan penyetoran modal senilai Rp 3 miliar, Sumitomo Corporation sebesar Rp 6 miliar dan Hitachi Zosen sebesar Rp 1 miliar. Sebelumnya, di bisnis panas bumi, UNTR juga telah merampungkan akuisisi saham di perusahaan panas bumi, yakni Supreme Energy Sriwijaya. Pada Desember 2023, Energia Prima Nusantara telah menyelesaikan pembayaran dengan total nilai keseluruhan sebesar US$ 51,87 juta kepada Supreme Energy Sriwijaya Dengan demikian, Energia Prima Nusantara telah menjadi pemegang saham di Supreme Energy Sriwijaya dengan kepemilikan sebanyak 984.127 saham baru atau setara dengan 49,6% dari total saham yang dikeluarkan Supreme Energy Sriwijaya. Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini juga terus memacu bisnisnya di sektor pertambangan logam mineral. Di bisnis nikel, Sara memproyeksi produksi nikel dari PT Stargate Pasific Resources (SPR) mencapai 2,5 juta ton ore. Sementara dii segmen pertambangan emas, UNTR merencanakan adanya kenaikan produksi emas dari Tambang Martabe tahun ini. Sara merinci, penjualan emas Tambang Martabe ditargetkan mencapai 210.000 oz, naik dari estimasi penjualan Martabe tahun 2023 yang di kisaran sekitar 175.000 oz. Menurut Sara, produksi emas yang kembali meningkat bisa terjadi ketika kapasitas fasilitas tailing storage sudah diperluas. Sementara itu, volume penjualan tambang emas baru milik UNTR yakni Sumbawa Jutaraya (SJR) diestimasikan mencapai 25.000 oz. Sehingga, jika ditotal, proyeksi penjualan emas UNTR tahun ini mencapai 235.000 oz. Untuk memuluskan rencana di segmen emas, UNTR mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebanyak Rp 1,8 triliun. Capex di lini bisnis emas umumnya digunakan untuk kegiatan eksplorasi dan pemeliharaan fasilitas tambang. “Capex ini untuk tambang Martabe dan Sumbawa Jutaraya sekaligus,” sambung Sara. Tahun ini, serapan capex UNTR diproyeksi berada di angka US$ 1 miliar atau ekuivalen Rp 15,64 triliun. Peruntukan terbanyak adalah untuk lini bisnis kontraktor penambangan, yang digunakan untuk mengganti alat berat yang sudah using. Adapun UNTR memasang target bisnis yang tidak muluk-muluk tahun ini. Melalui anak usahanya yakni Pamapersada Nusantara (Pama), kinerja segmen kontraktor pertambangan batubara UNTR hanya ditargetkan tumbuh 4%-5%, turun dari target volume produksi tahun lalu yang diproyeksi naik hingga 15%.
Sementara, pada 2024, target penjualan alat berat Komatsu dipatok di angka 4.000 unit. Sara menjelaskan, target tersebut dicanangkan karena melihat kondisi pasar alat berat yang menurun. Sebagai gambaran, per November 2023, penjualan alat berat UNTR terkoreksi 7,25% dari semula 5.457 unit per November 2022 menjadi 5.061 unit. Di November 2023 sendiri, UNTR menjual 368 unit alat berat alias naik 12,84% dari penjualan di Oktober 2023 di level 327 unit. Namun, lini bisnis batubara UNTR berhasil tumbuh. Per November 2023, UNTR melalui anak usahanya yakni PT Tuah Turangga Agung (TTA) menjual 10,45 juta ton batubara. Angka ini naik 14,24% dari penjualan Batubara di periode yang sama tahun lalu yang hanya 9,15 juta ton. Volume overburden (OB) removal Pamapersada juga naik 24,4% dari semula 862,1 juta bank cubic meter (bcm) menjadi 1,07 miliar bcm per akhir November 2023. Volume produksi batubara juga naik 15,58% menjadi 121,6 juta ton.
Baca Juga: Kinerja Operasional Sejumlah Emiten Tambang Batubara Berhasil Tumbuh Sepanjang 2023 Analis UOB Kay Hian Sekuritas Stevanus Juanda merekomendasikan
sell saham UNTR dengan target harga Rp 20.000 per saham. Menurut Stevanus, saham UNTR bisa berkinerja buruk (
underperform) sejalan dengan menurunnya harga batubara. Ia menilai, saham UNTR mempunyai korelasi yang tinggi dengan harga batubara. Jika harga batubara turun, maka harga saham UNTR kemungkinan besar akan underperform, begitu pula sebaliknya. “Inilah alasan utama mengapa kami tidak memasang sikap bullish terhadap UNTR meskipun tingkat profitabilitasnya tinggi,” terang Stevanus. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat