United Tractors (UNTR) targetkan 40% pemasukan dari bisnis non batubara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian harga batubara membuat beberapa emiten yang bergerak di bidang penambangan batubara mulai mengembangkan bisnis di bidang lain. PT United Tractors Tbk (UNTR) adalah salah satunya.

Per Juni 2019, pendapatan pertambangan batubara UNTR sebesar Rp 6,79 triliun atau 15,67% dari total pendapatan UNTR sepanjang semester pertama yang mencapai Rp 43,32 triliun. Sedangkan pendapatan jasa kontraktor penambangan mencapai Rp 19,27 triliun atau 44,48% dari total pendapatan UNTR.

Baca Juga: Aksi Jual Asing Melanda Saham UNTR, Bagaimana Proyeksi Esok Hari?


Selain batubara thermal saat ini, perusahaan dengan kode saham UNTR memiliki bisnis lain coking coal, pertambangan emas, hingga kontraktor konstruksi.

Kontan.co.id mencatat, berdasarkan laporan perkembangan usaha yang UNTR rilis, total penjualan emas UNTR dari tambang emas Martabe, Sumatra Utara mencapai 194.000 ons troi sampai dengan Juni 2019. Sedangkan pendapatan bersih unit usaha itu sebesar Rp 3,6 triliun atau 8,31% dari total pendapatan UNTR.

UNTR juga tengah membangun bisnis pembangkit listrik yang terletak di Tanjung Jati, Jepara, Jawa Tengah.

Baca Juga: Kinerja Industri Batubara Masih Dibayangi Tren Penurunan Harga

Investor Relations UNTR Ari Setiyawan memperkirakan Power Plant B Unit 5 dan 6 tersebut akan beroperasi penuh tahun 2021. Nantinya, output pembangkit listrik ini akan dijual sepenuhnya ke Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Pembangkit listrik tersebut berkapasitas 2 x 1.000 megawatt (MW) dengan nilai total investasi mencapai US$ 4,2 miliar. Dalam membangun pembangkit listrik ini, UNTR menggandeng  perusahaan asal Jepang, yakni Sumitomo dan Kansai Electric. Kepemilikan United Tractors dalam proyek tersebut sebesar 25%.

Baca Juga: Produksi coking coal United Tractors (UNTR) melonjak 98,24% pada Semester I 2019

Ari mengatakan, saat ini bisnis non batubara sekitar 15%-20%. “Nanti pada saat power plant sudah beroperasi dan produksi tambang non thermal coal sudah optimum, kontribusi dari bisnis non thermal coal diharapkan sekitar 35%-40%,” kata Ari kepada Kontan.co.id, Rabu (14/8).

Terakhir, Ari mengatakan belum adanya kemungkinan UNTR untuk diversifikasi usaha ke lini bisnis lain. Ia melanjutkan, UNTR saat ini hanya berfokus pada bisnis emas, kontraktor konstruksi, dan pembangkit listrik sebagai bentuk diversifikasi usahanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati