Unitlink Condong ke Arah Proteksi Bukan untuk Investasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat kinerja saham masih tertekan dan ada pula obligasi dari perusahaan BUMN Karya yang gagal bayar, namun kinerja produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau yang akrab disebut unitlink bisa memberikan imbal hasil yang lebih baik.

Berdasarkan data Infovesta di Mei 2023, kinerja bagus ditunjukkan oleh produk-produk unitlink, untuk unitlink pendapatan tetap (Fixed Income Unit Linked) memberikan imbal hasil sebesar 2,66% year to date (YtD)

Kemudian produk unitlink saham (Equity Unit Linked) memberikan 1,47% sejak awal tahun. Berikutnya, produk unitlink campuran (Balanced Unit Linked) 1,27% ytd dan terakhir produk unitlink pasar uang (Money Market Unit Linked) sebesar 1,00%.


Baca Juga: OJK Batasi Investasi Saham Unitlink di Luar Negeri

Sementara performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampak tertekan pada Mei 2023 yang menurun sebesar 3,17% ytd.

Ambil contoh kinerja unitlink Generali Fixed Income Long Duration kepunyaan PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia), di mana memberikan return sebesar 5,64% sejak awal tahun.

Kemudian dari produk unitlink saham dipegang oleh Smartwealth Dollar Equity World Opportunities Funds US$ milik PT Allianz Life Indonesia, yang memberikan return sebesar 27,02% per Mei 2023.

CEO Finansialku, Melvin mumpuni menyatakan bahwa investasi pada produk unitlink saham sangat bergantung pada pasar.

“Kalau investasinya di saham ketika IHSG sedang setlist, pergerakan harganya tidak setinggi itu karena mengikuti IHSG juga,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (18/6).

Melvin menjelaskan bahwa produk unitlink lebih condong ke arah proteksi, jadi investasi tersebut hanya sebagai penunjang proteksi agar premi yang dibayarkan bisa tetap karena ada bantuan investasi.

“Kalau saya pribadi membeli unitlink sebenarnya investasinya supaya menjaga polis saya tetap hidup. Saya sarankan kalau beli unitlink bisa pasar uang, atau pendapatan tetap, lebih ke yang sifatnya konservatif to moderate,” jelasnya.

Dia menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan saat ingin membeli unitlink, pertama beli sesuai anggaran atau kemampuan membayar jangan sampai terjadi lapse. Kedua, belilah produk sesuai kebutuhan.

“PAYDI punya keunikan yaitu fleksibelitas, jadi dalam satu polis unitlink ada asuransi jiwa, asuransi kesehatan maupun asuransi penyakit kritis, nah beli proteksi sesuai dengan kebutuhan kita,” sarannya.

Melvin menegaskan bahwa unitlink lebih dititikberatkan sebagai produk proteksi terhadap diri sendiri, maka bila ingin berinvestasi lakukan diversifikasi bukan terpaku pada satu produk saja.

“Saya itu lebih concern kalau investasi melakukan diversifikasi, nah unitlink saya lebih concern ke proteksi perlindungan terhadap kitanya,” tandasnya.

Baca Juga: Unitlink Taruh Investasi di Saham Luar Negeri, Begini Kata OJK

Praktisi Asuransi, Investasi dan Ekonomi Syariah, Wahju Rohmanti mengatakan investasi menarik pada unitlink adalah yang dapat meyakinkan risiko investasi tidak berimbas pada kegagalan proteksi.

“Jangan beli unitlink kalau tujuannya murni untuk investasi, kalau tujuannya untuk investasi langsung saja investasi di pasar uang maupun pasar modal,” terangnya kepada KONTAN.

Wahju menyebutkan, sebelum membeli unitlink perhatikan hal-hal berikut, rekam jejak perusahaan asuransi dalam mengelola unitlink, pahami bahwa unitlink pada dasarnya adalah produk proteksi alih-alih investasi, jika memiliki akses untuk berinvestasi, maka jangan beli unitlink untuk berinvestasi.

Selanjutnya, kata dia, jika tetap memutuskan membeli unitlink, pastikan pengelolaan dana premi dan investasi terpisah, dan pahami profil risiko anda, dan jadikan ini sebagai pedoman memilih jenis subdana unitlink.

“Saya pribadi lebih menyarankan investasi langsung ke outlet investasi yang ada dan beli asuransi yang memang hanya untuk proteksi,” pungkasnya.

PT BNI Life mencatat produk unitlink yang memberikan imbal hasil terbesar datang dari Blife Link Pendapatan Tetap sebesar 5% ytd pada Mei 2023. Di mana aset (underlying) dari produk itu sepenuhnya berada di obligasi pemerintah.

“Seperti yang diketahui bahwa yeild 10 year government bond saat ini berada di titik terendahnya sepanjang 2023, sehingga harga-harga obligasi pada portfolio meningkat dan memberikan impact market yang sangat baik,” kata Direktur Keuangan BNI Life, Eben Eser Nainggolan kepada KONTAN.

Eben menyebut bahwa pihaknya unitlink masih memiliki potensi bisnis yang baik ke depan, khususnya pada jenis pendapatan tetap dan pasar uang.

“Banyak Nasabah yang sudah paham investasi untuk membeli produk unit link sebagai alternatif pilihan untuk mendapatkan asuransi sekaligus berinvestasi,” katanya.

Salah satu strategi yang dilakukan, kata dia, melakukan perubahan produk unitlink sesuai dengan SEOJK 5 tahun 2022 dan beberapa perbaikan proses bisnis untuk memudahkan penjualan kepada nasabah.

“Jumlah pemegang polis individu unit link saat ini sekitar lebih dari 87 ribu dan produk yang paling banyak diminati adalah unitlink premi reguler sekitar 60%, salah satunya adalah produk BLife Plan Multi Pro,” tandasnya.

Sementara itu, Generali Indonesia mencatat Imbal hasil unitlink saham Generali per Mei 2023 sebesar 0,16% dari awal tahun, angka tersebut masih positif bila dibandingkan dengan performa IHSG yang tertekan.

Baca Juga: Imbal Hasil Unitlink Masih Positif

Sementara return dari produk unitlink Equity Generali Ultima berada di level 1,14% secara ytd pada Mei 2023.

“Kami melihat unitlink ini masih berpotensi besar sebagai alternatif pilihan proteksi masyarakat yang ingin memiliki proteksi sekaligus ada manfaat investasi,” ujar Direkur Pemasaran Generali Indonesia, Vivin Arbianti Gautama kepada KONTAN.

Vivin mengungkapkan, hingga saat ini pihaknya mencatat telah memiliki lebih dari 400.000 nasabah baik individu maupun korporasi.

“Setiap segmen konsumen memiliki kebutuhan dan prioritas proteksi yang berbeda satu sama lain, dan ini tentunya sangat berkaitan dalam rangkaian produk asuransi yang dibutuhkan,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .