Unjuk Rasa Pro dan Kontra atas Pemakzulan Presiden Korea Selatan Digelar di Seoul



KONTAN.CO.ID - SEOUL. Demonstran yang mendukung dan menentang Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menggelar unjuk rasa tandingan dengan jarak beberapa ratus meter di Seoul pada Sabtu (21/12), sepekan setelah ia dimakzulkan atas deklarasi darurat militer.

Mengutip Reuters, Sabtu (21/12), kekuasaan kepresidenan Yoon ditangguhkan tetapi ia tetap menjabat. Ia belum memenuhi berbagai panggilan dari pihak berwenang yang menyelidiki apakah darurat militer, yang dideklarasikan pada akhir 3 Desember dan dicabut beberapa jam kemudian itu merupakan pemberontakan.

Ia juga belum menanggapi upaya Mahkamah Konstitusi untuk menghubunginya. Nantinya, Mahkamah Konstitusi yang memutuskan apakah akan mencopotnya dari jabatan atau memulihkan kekuasaan kepresidenannya. 


Baca Juga: Kebijakan Darurat Militer Korea Selatan Telah Merusak Momentum Politik dengan Trump

Pengadilan berencana untuk mengadakan sidang persiapan pertamanya pada hari Jumat.

Protes pro dan anti-Yoon pada hari Sabtu diadakan di Gwanghwamun di jantung ibu kota. Tidak ada bentrokan hingga pukul 4 sore (0700 GMT)

Puluhan ribu pengunjuk rasa anti-Yoon, yang didominasi oleh orang-orang berusia 20-an dan 30-an, berkumpul sekitar pukul 3 sore, melambaikan lightstick K-Pop dan poster bertuliskan seperti "Tangkap! Penjarakan! Kepala pemberontakan Yoon Suk Yeol" diiringi lagu-lagu K-pop yang menarik.

"Saya ingin bertanya kepada Yoon bagaimana dia bisa melakukan ini terhadap demokrasi di abad ke-21, dan saya pikir jika dia benar-benar memiliki hati nurani, dia harus mengundurkan diri," kata Cho Sung-hyo yang berusia 27 tahun.

Beberapa ribu pengunjuk rasa pro-Yoon, terutama orang-orang yang lebih tua dan lebih konservatif yang menentang pemecatan Yoon dan mendukung pemulihan kekuasaannya, telah berkumpul sejak sekitar tengah hari.

Baca Juga: Pemerintah Korsel akan Gelar Rapat Kabinet Luar Biasa Minggu Ini, Apa yang Dibahas?

"Pemilihan umum (parlemen) yang curang ini menggerogoti negara ini, dan pada intinya adalah kekuatan sosialis komunis, jadi sekitar 10 dari kami berkumpul dan mengatakan hal yang sama - kami benar-benar menentang pemakzulan," kata Lee Young-su, seorang pengusaha berusia 62 tahun.

Yoon telah mengutip klaim peretasan pemilu dan simpatisan pro-Korea Utara yang "anti-negara" sebagai pembenaran untuk memberlakukan darurat militer, yang telah dibantah oleh Komisi Pemilihan Umum Nasional.

Selanjutnya: Pemerintah akan Berikan Insentif PPN DTP untuk Motor Listrik

Menarik Dibaca: Promo Danamon Cinepolis Ada Cashback hingga Rp 30.000

Editor: Herlina Kartika Dewi