UNTR akan rights issue senilai Rp 6 triliun



JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) tengah merancang agenda korporasi besar pada tahun ini. Produsen alat berat itu berniat menerbitkan saham baru atau rights issue.

Manajemen UNTR akan melepas 403,27 juta saham baru. Harga penawarannya senilai Rp 15.050 per saham. Jika aksi tersebut berjalan lancar, UNTR akan meraup dana segar mencapai Rp 6,07 triliun.

Wakil Presiden Direktur UNTR, Paulus Bambang Widjanarko, mengemukakan dana hasil rights issue akan dipakai untuk mengembangkan bisnis perusahaan. "Kami akan membeli tambang baru," kata Paulus, Kamis (7/4) lalu.


Sebelumnya, Investor Relations UNTR, Ari Setyawan menjelaskan, sebanyak 45%-55% dana hasil rights issue akan digunakan untuk membeli tambang batubara baru.

Saat ini proses akuisisi tambang masih dalam tahap uji tuntas (due diligence). Sedangkan 20% dana rights issue akan dipakai sebagai modal kerja perusahaan.

UNTR telah menunjuk dua sekuritas asing, yakni CLSA Securities dan UBS Securities untuk mengawal proses right issue tersebut. Tapi manajemen belum menentukan secara pasti kapan rights issue dilaksanakan.

Prospek batubara

Lonjakan harga komoditas menjadi alasan utama UNTR untuk memperkuat kehadirannya di bisnis pertambangan batubara. Paulus optimistis, prospek bisnis batubara akan semakin cerah.

Selain dari China dan India, permintaan komoditas ini juga berasal dari Jepang. Maklumlah, pasca bencana gempa dan tsunami, Jepang tentu segera melaksanakan pemulihan ekonomi sehingga membutuhkan energi dalam jumlah besar, salah satunya batubara.

Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini juga memutuskan rights issue demi menyeimbangkan rasio utang terhadap modal atau debt to equity ratio (DER). Posisi DER UNTR tahun lalu sebesar 37%.

Apabila tidak melaksanakan rights issue, manajemen UNTR khawatir rasio utangnya bisa melampaui 50%. "Padahal kami punya target posisi DER tidak lebih 50%," tutur Paulus.

Pengamat pasar modal, Aditiawarman, berpendapat langkah UNTR untuk menggelar rights issue sudah tepat. Apalagi, dana hasil aksi korporasi itu akan dialokasikan untuk mendukung ekspansi usaha.

Di satu sisi, efek gempa dan tsunami Jepang berpotensi menghambat bisnis alat berat yang dilakoni UNTR. Divisi alat berat tampaknya akan sulit menyumbang pendapatan signifikan bagi kinerja keuangan konsolidasi UNTR pada tahun ini.

Tapi di sisi lain, rencana UNTR mengembangkan bisnis batubara merupakan langkah strategis. "Saya melihat UNTR sudah tepat memfokuskan bisnis ke sektor pertambangan," kata Aditiawarman.

Apabila proses rights issue ini berlangsung mulus sebelum semester pertama berakhir, Aditiawarman meramalkan harga saham UNTR bisa melonjak pada tersebut. "Pada kuartal kedua nanti saya memperkirakan harga saham UNTR bisa menembus Rp 26.600 per saham," kata Aditiawarman. Harga saham UNTR, Jumat (8/4) ditutup menurun 0,23% menjadi Rp 22.150 per saham.

Aditiwarman pun melihat, apabila UNTR sukses menambah jumlah tambangnya, maka kinerja keuangan pada tahun ini bisa tetap tumbuh. Rapor UNTR pada tahun lalu juga positif. Emiten ini berhasil mengantongi laba bersih 2010 senilai Rp 3,87 triliun, atau meningkat 1,57% dibandingkan laba bersih 2009 senilai Rp 3,81 triliun. UNTR mencatatkan pendapatan tahun lalu sebesar Rp 37,32 triliun. Jumlah ini meningkat 27,63% daripada pendapatan 2009 yang senilai Rp 29,24 triliun.

Unit bisnis batubara UNTR pada tahun lalu hanya menyumbangkan pendapatan Rp 3,1 triliun setara 8,3% total pendapatan.Sedangkan total produksi batubara UNTR di 2010 sebesar 77,9 juta ton. Selama periode Januari-Februari 2011, UNTR telah memproduksi batubara sebanyak 12,7 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can