UNTR memangkas target produksi batubara tahun ini



JAKARTA. Prospek bisnis PT United Tractors Tbk (UNTR) masih meredup. Anak usaha Grup Astra ini memproyeksikan penurunan 10% produksi batubara dan penurunan 15% overburden anak usaha PT Pamapersada Nusantara.

Manajemen UNTR memutuskan memangkas target, setelah berdiskusi dengan para klien dan pemilik tambang. Saat ini, semua klien UNTR lebih berhati-hati dalam mencermati penurunan harga batubara.

Dus, target penurunan produksi 10% dianggap tepat. UNTR juga menurunkan target penjualan alat berat dari 2.100 unit pada tahun lalu menjadi 2.000 unit pada tahun ini. Maklum, prospek bisnis batubara belum menunjukkan perbaikan.


Oleh karena itu, penjualan 2.000 unit alat berat adalah target realistis. "Harga batubara sekarang hanya US$ 46-US$ 47 per ton. Jika ditanya para ahli, prediksi mereka juga beda-beda. Tapi secara umum, orang masih waspada dan hati-hati," ujar Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR.

Menghadapi pelambatan bisnis pertambangan, perkebunan dan kehutanan, UNTR akan melirik sektor yang masih berpotensi bagus pada tahun ini. UNTR akan fokus ke sektor konstruksi dan infrastruktur, misalnya menambah point of sales untuk menjembatani permintaan.

"Selama ini fokus kami lebih ke tambang. Sebenarnya di konstruksi ada demand tapi masih sedikit. Nah ini yang akan kami coverage secara intensif," ungkap Sara.

Analis Mandiri Sekuritas, Ariyanto Kurniawan, dalam risetnya kemarin (25/1) mengatakan, manajemen UNTR kini sulit melakukan negosiasi dengan menaikkan tarif kontrak kepada produsen batubara.

Hal itu menyebabkan target margin kotor lebih rendah untuk Pamapersada, anak usaha UNTR di bidang kontraktor pertambangan. "Kami menilai, hal tersebut merupakan salah satu alasan target margin kotor lebih rendah untuk Pamapersada, dari 22% pada tahun 2015 menjadi di bawah 20% tahun ini," tulis Ariyanto.

Selain itu, perseroan masih melanjutkan program efisiensi untuk menahan dampak penurunan tarif kontrak. Salah satu langkah efisiensi adalah menggelar program pensiun dini untuk 1.500 karyawan dari total keseluruhan 23.000 karyawan

. "Dengan asumsi Rp 300 juta hingga Rp 500 juta per karyawan, potensi beban satu waktu dari program pensiun dini antara Rp 450 miliar hingga Rp 750 miliar atau 7%-11% dari laba bersih tahun 2015 yang diprediksi konsensus di angka Rp 6,6 triliun," tutur Ariyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie