JAKARTA. PT United Tractors Tbk (
UNTR) telah menuntaskan akuisisi tambang batubara Bukit Enim Energi, pekan lalu. Analis saham menilai pembelian itu akan menjadi katalis positif bagi pendapatan anak usaha PT Astra Internasional Tbk (ASII) tersebut. UNTR mengakuisisi 20% saham di Bukit Enim senilai US$ 21 juta. Cadangan batubara di tambang itu diestimasi sampai 110 juta ton. Bagus Hananto, Analis Onix Capital, menilai tambang batubara bisa menjadi penggerak utama pendapatan UNTR. Keberadaan tambang juga melengkapi lini bisnis UNTR, mulai dari produksi, kontraktor tambang hingga pemasok alat berat.
Memang, pendapatan terbesar UNTR masih dari alat berat. Namun, menurut Bagus, laju pertumbuhan bisnis batubara bisa sama kencangnya dengan alat berat. Bagus optimistis, UNTR tidak kesulitan mencapai target volume penjualan batubara yaitu 6 juta ton di tahun depan. Namun kontribusi Bukit Enim masih kecil karena tambang itu berstatus green field. Saat ini UNTR memiliki tambang Asmin Bara Baronang, Asmin Bara Jaan, dan Agung Bara Prima, yang total diperkirakan menyumbang penjualan 1 juta ton. Kontribusi terbesar diperkirakan masih dari Tambang Tuah Turangga Agung dan Dasa Eka Jasatama. Menurut dia, permintaan batubara masih besar, terutama di pasar domestik. Bagus merujuk ke pengoperasian berbagai proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Yohan Kurniawan, Analis Kresna Securities, juga optimistis UNTR mampu mencapai target penjualan batubara tahun 2012, serta sebanyak 6,5 juta ton di tahun 2013. Alasan Yohan, UNTR sudah menyiapkan rencana akuisisi tambang di Kalimantan. Tambang incaran UNTR memiliki cadangan 50 juta ton. Budi Rustanto, Analis Valbury Asia Securities, mengingatkan, tantangan UNTR adalah potensi membengkaknya ongkos operasional aktivitas penambangan karena faktor yang tidak bisa dihindari seperti hujan. Namun, dia yakin, UNTR bisa efisien. Alat berat Hambatan pasokan alat berat dari Jepang sudah tidak menghantui kinerja UNTR. Sampai Juni, emiten itu menjual 4.300 unit alat berat. Pencapaian ini di atas ekspektasi. Manajemen merevisi target penjualan di 2011 dari 6.000 unit menjadi 7.500 unit. Bagus memprediksi pendapatan UNTR sepanjang tahun ini Rp 48,23 triliun dengan laba bersih Rp 4,96 triliun. Sedangkan Budi merisaukan penguatan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) akan menahan pertumbuhan margin. Estimasi Budi, UNTR mengantongi pendapatan dan laba bersih masing-masing Rp 47,58 triliun dan Rp 5,04 triliun.
Dengan asumsi kontribusi bisns batubara, Bagus mengerek naik target harga UNTR menjadi Rp 30.000 per saham dengan rekomendasi buy. Yohan menetapkan target harga Rp 27.900 namun menurunkan rekomendasi dari
buy menjadi
hold, dengan pertimbangan harga saham sedang di puncak sementara. Target harga Yohan mencerminkan price to earning (PE) sebesar 19,8 kali. Budi merekomendasi
buy dengan target harga Rp 26.000 per saham. Harga UNTR, Selasa (12/7), turun 3,15% menjadi Rp 24.600 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini