UNTR pangkas lagi target produksi batubara



JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) memangkas kembali target produksi batubara sebesar 10% dan penurunan 15% overburden PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Produksi batubara UNTR pada tahun lalu hingga November 2016 mendatang hanya akan mencapai 100 juta ton.

Sara K Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR mengatakan, target penurunan diambil UNTR setelah berdiskusi dengan klien-klien dan pemilik tambang. Menurutnya, saat ini semua klien lebih hati-hati dalam mencermati penurunan harga batu bara saat ini sehingga taregt penurunan produksi 10% sudah dianggap tepat.

"Kalau berapa tonnya penurunannya sih sebetulnya memang belum final di 2015, tapi 10% ya targetnya. Ya, jadi tinggal tunggu sebentar lagi untuk laporan final tahun 2015, nanti kan bisa dilihat semua," ujarnya kepada KONTAN, Senin (25/1).


Target penjualan alat berat juga dipangkas dari 2100 unit traktor pada tahun lalu, menjadi 2000 unit pada tahun ini. Pasalnya, prospek batubara masih belum menunjukkan perbaikan, oleh karenanya teraget penjualan 2000 unit traktor merupakan target realistis yang bisa dicapai perseroan.

"Karena diskusi dengan klien-klien, memang akhirnya para pemilik tambang itu juga mengambil langkah yang lebih cautious. Harga batubara itu kan sekarang hanya US$ 46-47 per ton. Kan orang membuat asumsi juga enggak bisa seperti itu, bahkan kalau ditanya para expert juga beda-beda prediksinya. Tapi secara umum, orang masih sangat waspada dan hati-hati, jadi jarang sekali dapat pandangan batubara pada tahun ini lebih baik dari tahun lalu," kata Sara.

Selain itu, UNTR juga berencana akan melakukan impairment pada aset properti tambangnya pada 2015. Pada 2014 mereka membukukan kerugian impairment Rp 2,7 triliun atau 22% dari total aset properti tambang, yang akibat hitungan cadangan ketika harga batubara rendah. Tahun ini, UNTR akan berdiskusi dengan auditor untuk menentukan asumsi jangka panjangan dari harga batubara.

"Biasanya sih, kalau kita diskusi dengan auditor dulu. Caranya dengan kita tentukan dulu harga asumsi jangka panjang batubara dibandingkan dengan waktu di akusisi asetnya," lanjutnya.

Untuk menghadapi perlambatan di sektor tambang, perkebunan dan kehutanan tersebut, UNTR akan melirik sektor yang masih memiliki potensi yang baik pada tahun ini. Sara bilang, sektor konstruksi dan infrastruktur akan difokuskan salah satunya dengan penambahan point of sales untuk menjembatani demand yang ada.

"Karena kan dulu-dulu fokus kita lebih ke tambang, sebenarnya di konstruksi ada demand tapi masih kecil-kecil, nah itu yang akan kita coverage secara intensif," pungkasnya.

Dalam risetnya, Ariyanto Kurniawan, Analis Mandiri Sekuritas telah berdikusi dengan pihak UNTR. Ia dalam risetnya mengataan bahwa UNTR mengindikasikan lebih sulitnya kontrak negosiasi tarif dengan produsen batubara. Hal itu yang menyebabkan taregt margin kotor yang lebih rendah untuk PAMA.

"Kami menilai hal itu adalah salah satu alasan target margin kotor yang lebih rendah untuk PAMA, dari 22% pada 2015 menjadi dibawah 20% tahun ini," ujarnya dalam riset.

Selain itu, UNTR juga masih akan melanjukan fokus pada program efiseinsi biaya untuk menahan dampak dari tarif yang turun tersebut. Satunya adalah dengan menggelar program pensiun dini untuk 1.500 karyawan dari total keseluruhan karyawan yang berjumlah 23.000.

"Dengan asumsi Rp 300 juta - Rp 500 juta per karyawan. Potensi beban satu waktu dari program pensiun dini sekitar Rp 450 miliar - RP 750 miliar atau 7%-11% dari laba bersih 2015 yang diprediksi konsensus Rp 6,6 triliun," sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie