JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) semakin ekspansif. Perusahaan pertambangan dan jasa alat berat ini segera merampungkan proses akuisisi terhadap dua perusahaan pertambangan batubara. Hajatan ini ditargetkan bisa terlaksana pada awal tahun depan. Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K. Loebis mengatakan, pihaknya sedang melakukan uji tuntas terhadap dua tambang batubara. Proses ini diharapkan rampung akhir tahun ini. Sehingga, akuisisi bisa terjadi di awal 2010. Sayangnya, dia tidak bersedia menyebutkan identitas perusahaan berikut nilai akuisisi tersebut. Namun, berdasarkan informasi yang diperoleh KONTAN, aksi korporasi itu dilakukan UNTR melalui anak usahanya, PT Pamapersada Nusantara. Dua perusahaan yang akan segera diakuisisi oleh UNTR adalah Asmin Bara Baronang, dan Bahari Cakrawala Sebuku. Asmin Bara adalah perusahaan batubara yang mulai beroperasi sekitar tahun 2001. Akhir tahun lalu, pemegang saham perusahaan ini adalah Mandira Sanni Pratama sebanyak 60% saham. Sementara 40% saham sisanya dimiliki oleh Andalan Teguh Berjaya. Sedangkan Bahari Cakrawala mulai beroperasi sejak 1994. Perusahan ini punya cadangan batubara berkalori 5.850-6.100 kilokalori per kilogram (Kkal/kg), dan dua proyek: Sebuku di Kalimantan Selatan, dan Jembayan di Kalimantan Timur. Hingga akhir 2008, sebanyak 80% saham Bahari dimiliki oleh Straits Asia Resources Limited (SARL), dan sisanya punya Reyka Wahana Digdjaja. "Akuisisi Bahari melalui skema konversi utang menjadi kepemilikan saham," kata sumber KONTAN yang tak bersedia disebutkan namanya. Sayangnya, KONTAN tidak berhasil memperoleh klarifikasi dari manajemen Asmin Bara, dan Bahari Cakrawala. Seorang staf Asmin Bara mengaku, perusahaannya memiliki kerjasama dengan Pamapersada. Tapi, dia tidak menyebutkan secara detail bentuk kerjasama tersebut. Kontribusi tambang jadi 35% Sara tidak bersedia mengonfirmasi dua nama perusahaan tambang itu, dengan alasan masih tahap uji tuntas. "Yang jelas, kami akan mengakuisisi KP (kuasa pertambangan) dan itu langsung di bawah kepemilikan UNTR," katanya, kemarin (15/12). Menurut dia, UNTR menganggarkan US$ 70 juta dari sisa dana hasil penerbitan saham baru atau rights issue sebesar US$ 380 juta pada tahun 2008 untuk membiayai akuisisi. Bila dana itu tak mencukupi, UNTR siap menutupinya dari kas internal. Per September 2009, posisi kas dan setara kas UNTR Rp 2,38 triliun. Akuisisi perusahaan batubara itu akan menopang target pendapatan UNTR dari lini bisnis pertambangan menjadi sekitar 35% dari total pendapatannya. Per September 2009, lewat dua anak usahanya: PT Tuah Turangga Agung dan PT Dasa Eka Jasatama, bisnis pertambangan hanya menyumbang 10% bagi total pendapatan UNTR. Sumbangan terbesar masih berasal dari bisnis penjualan alat berat dan jasa kontraktor tambang. Analis Kresna Graha Sekurindo Aditiawarman menilai, akuisisi itu sebagai upaya diversifikasi pendapatan dari berbagai sektor. Dia merekomendasikan beli saham UNTR dengan target harga Rp 17.000. Kemarin, harganya Rp 15.050 per saham.
UNTR Segera Akuisisi Dua Perusahaan Batubara
JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) semakin ekspansif. Perusahaan pertambangan dan jasa alat berat ini segera merampungkan proses akuisisi terhadap dua perusahaan pertambangan batubara. Hajatan ini ditargetkan bisa terlaksana pada awal tahun depan. Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K. Loebis mengatakan, pihaknya sedang melakukan uji tuntas terhadap dua tambang batubara. Proses ini diharapkan rampung akhir tahun ini. Sehingga, akuisisi bisa terjadi di awal 2010. Sayangnya, dia tidak bersedia menyebutkan identitas perusahaan berikut nilai akuisisi tersebut. Namun, berdasarkan informasi yang diperoleh KONTAN, aksi korporasi itu dilakukan UNTR melalui anak usahanya, PT Pamapersada Nusantara. Dua perusahaan yang akan segera diakuisisi oleh UNTR adalah Asmin Bara Baronang, dan Bahari Cakrawala Sebuku. Asmin Bara adalah perusahaan batubara yang mulai beroperasi sekitar tahun 2001. Akhir tahun lalu, pemegang saham perusahaan ini adalah Mandira Sanni Pratama sebanyak 60% saham. Sementara 40% saham sisanya dimiliki oleh Andalan Teguh Berjaya. Sedangkan Bahari Cakrawala mulai beroperasi sejak 1994. Perusahan ini punya cadangan batubara berkalori 5.850-6.100 kilokalori per kilogram (Kkal/kg), dan dua proyek: Sebuku di Kalimantan Selatan, dan Jembayan di Kalimantan Timur. Hingga akhir 2008, sebanyak 80% saham Bahari dimiliki oleh Straits Asia Resources Limited (SARL), dan sisanya punya Reyka Wahana Digdjaja. "Akuisisi Bahari melalui skema konversi utang menjadi kepemilikan saham," kata sumber KONTAN yang tak bersedia disebutkan namanya. Sayangnya, KONTAN tidak berhasil memperoleh klarifikasi dari manajemen Asmin Bara, dan Bahari Cakrawala. Seorang staf Asmin Bara mengaku, perusahaannya memiliki kerjasama dengan Pamapersada. Tapi, dia tidak menyebutkan secara detail bentuk kerjasama tersebut. Kontribusi tambang jadi 35% Sara tidak bersedia mengonfirmasi dua nama perusahaan tambang itu, dengan alasan masih tahap uji tuntas. "Yang jelas, kami akan mengakuisisi KP (kuasa pertambangan) dan itu langsung di bawah kepemilikan UNTR," katanya, kemarin (15/12). Menurut dia, UNTR menganggarkan US$ 70 juta dari sisa dana hasil penerbitan saham baru atau rights issue sebesar US$ 380 juta pada tahun 2008 untuk membiayai akuisisi. Bila dana itu tak mencukupi, UNTR siap menutupinya dari kas internal. Per September 2009, posisi kas dan setara kas UNTR Rp 2,38 triliun. Akuisisi perusahaan batubara itu akan menopang target pendapatan UNTR dari lini bisnis pertambangan menjadi sekitar 35% dari total pendapatannya. Per September 2009, lewat dua anak usahanya: PT Tuah Turangga Agung dan PT Dasa Eka Jasatama, bisnis pertambangan hanya menyumbang 10% bagi total pendapatan UNTR. Sumbangan terbesar masih berasal dari bisnis penjualan alat berat dan jasa kontraktor tambang. Analis Kresna Graha Sekurindo Aditiawarman menilai, akuisisi itu sebagai upaya diversifikasi pendapatan dari berbagai sektor. Dia merekomendasikan beli saham UNTR dengan target harga Rp 17.000. Kemarin, harganya Rp 15.050 per saham.