Untuk Capai Transisi Energi Hijau, Indonesia Butuh Investasi US$ 30 Miliar



KONTAN.CO.ID -   JAKARTA. Pada sesi pertama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Jerman, fokus pada permasalahan energi dan perubahan iklim. Pada kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bagi Indonesia dan di negara berkembang lainnya risiko perubahan iklim sangatlah nyata.

Oleh karenanya, Menteri Luar Indonesia Negeri Retno Marsudi menyampaikan, Presiden Jokowi menegaskan komitmen dan upaya Indonesia untuk perubahan iklim dan transisi energi.

Dimana Indonesia memiliki potensi sebagai kontributor energi bersih juga sangat besar, baik di dalam perut bumi di darat maupun di laut.


Namun, dalam transisi energi yang cepat dan efektif, Indonesia memerlukan investasi besar dan teknologi rendah karbon. Maka dukungan dari negara-negara G7 dalam memaksimalkan potensi energi baru terbarukan di Indonesia diperlukan.

Baca Juga: Menlu Retno: Presiden Jokowi Lanjutkan Agenda ke Ukraina Usai Hadiri KTT G7

"Dalam kaitan inilah investasi yang diperlukan oleh Indonesia adalah antara US$ 25 miliar sampai US$ 30 miliar untuk transisi energi delapan tahun ke depan," kata Retno dalam konferensi pers virtual, Selasa (28/6).

Transisi energi dinilai dapat dioptimalkan sebagai motor pertumbuhan ekonomi, membuka peluang bisnis dan lapangan kerja baru. Kembali Jokowi mengajak negara G7 untuk berkontribusi dalam memanfaatkan peluang tersebut.

"Terutama peluang investasi di sektor energi bersih di Indonesia, termasuk pengembangan ekosistem mobil listrik dan baterai lithium," ujar Retno.

Selain itu, Jokowi juga meminta dukungan dan kehadiran semua negara-negara G7 di KTT G20 yang diselenggarakan di Indonesia tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli