Untuk Pertama Kali, Laba Operasi Toyota Diproyeksikan Menurun



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Toyota Motor diperkirakan membukukan penurunan laba pada periode Juli-September. Ini akan menjadi penurunan laba pertama dalam dua tahun. Ini menandakan permintaan yang lemah, selama ini Toyota dibantu segmen kendaraan listrik.

Segmen paling menguntungkan Toyota di pasar utama adalah mobil hybrid yang bertenaga bensin. Segmen ini menghasilkan margin laba paling tinggi daripada mobil bensin. Menurut data perusahaan kendaraan hybrid menyumbang 41% dari total.

Namun, penjualan dan produksi Toyota menunjukkan penurunan. Penjualan Toyota secara global turun 4% dan jumlah produksi turun 7%. Toyota juga menghadapi penangguhan pengiriman dua model di Amerika Serikat dan persaingan ketat dari produsen China. Proyeksi analis dari jajak pendapat Reuters, laba operasi Toyota akan menurun sebesar 14% secara tahunan pada Juli-September menjadi ¥ 1,2 triliun. Ini menjadi penurunan laba pertamanya sejak kuartal yang sama pada tahun 2022. 


Baca Juga: Tesla Cybertruck vs Jeep Rubicon Bertarung Melintasi Jalur Off-Road, Menang Mana?

Strategi Toyota memperluas penjualan kendaraan hybrid di AS membuatnya kurang terpapar pada pengurangan subsidi EV atau perubahan kebijakan potensial serupa di AS tergantung pada hasil pemilihan presiden AS minggu ini. Menurut data perusahaan, kendaraan hybrid menyumbang 41% dari penjualan global Toyota pada Juli-September, atau 1,1 juta kendaraan, termasuk merek mewah Lexus, dibandingkan dengan 33% pada periode yang sama tahun lalu.

Di antara produsen mobil lama, Toyota dianggap sebagai salah satu yang paling lambat mengembangkan EV. Kendaraan listrik bertenaga baterai hanya menyumbang 1,5% dari penjualan globalnya dalam sembilan bulan pertama tahun ini.

Pimpinan Toyota Akio Toyoda bulan lalu berpendapat masa depan kendaraan listrik akan menyebabkan hilangnya lapangan pekerjaan di seluruh industri otomotif. Toyota mempertahankan estimasi laba tahun penuhnya tidak berubah ketika melaporkan laba untuk kuartal April-Juni dan memperkirakan penurunan 20% dibandingkan dengan tahun keuangan sebelumnya karena investasi yang diharapkan baik dalam strategi maupun pemasoknya.

Editor: Avanty Nurdiana