KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investors Service menyematkan peringkat Baa3 untuk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP) dengan prospek stabil. Ini merupakan kali pertama Moody's memberikan peringkat ke ICBP. Di saat yang sama, Moody's juga menetapkan peringkat utang senior tanpa jaminan Baa3 untuk obligasi dollar Amerika Serikat yang bakal ICBP usulkan. Sebagian besar dana obligasi tersebut akan digunakan ICBP untuk pembiayaan kembali (
refinancing) utang akuisisi. Analis Moody's Stephanie Cheong menjelaskan, peringkat Baa3 mencerminkan posisi dominan ICBP di pasar sebagai produsen mi instan terbesar di Indonesia.
"Peringkat tersebut juga merefleksikan pengenalan merek yang kuat, rekam jejak panjang dari pertumbuhan pendapatan yang stabil, serta arus kas bebas dan profil likuiditas yang sangat baik," kata Stephanie dalam risetnya, Rabu (26/5).
Merujuk Euromonitor, ICBP mempertahankan pangsa pasar mi instan di atas 70% (berdasarkan pendapatan) selama lima tahun terakhir. Hal tersebut dapat dicapai seiring dengan sifat mi instan yang tergolong makanan pokok di Indonesia serta ditopang oleh ketahanan operasional dan arus kas ICBP yang solid selama bertahun-tahun.
Baca Juga: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) Dapat Peringkat Baa3 dan Stabil dari Moody's "Peringkat tersebut juga mencerminkan sinergi dari integrasi operasional ICBP dengan perusahaan grup Indofood lainnya yang menjamin pasokan bahan baku, memungkinkan visibilitas yang lebih baik atas kontrol kualitas, dan memungkinkan akses ke jaringan distribusi yang luas sehingga menciptakan keunggulan kompetitif dan efisiensi biaya," tutur Stephanie. Menurut Stephanie, selama 10 tahun terakhir, ICBP mencatatkan tingkat pertumbuhan pendapatan tahunan gabungan 10% dan marginnya terus meningkat. Moody's memperkirakan, margin EBITDA ICBP dapat mencapai sekitar 21% pada 12-18 bulan mendatang. "Margin tersebut relatif tinggi dibanding perusahaan-perusahaan dalam peers yang sama dengan peringkat serupa," ucap dia. Moody's meyakini, tingkat margin yang tinggi tersebut didukung oleh dominasi pasar ICBP, permintaan produknya yang relatif inelastis, dan kekuatan harga yang memungkinkan ICBP melewati kenaikan biaya. Di sisi lain, peringkat tersebut juga dibatasi oleh fakta bahwa ICBP terintegrasi vertikal dengan perusahaan grup Indofood lainnya. Hal ini membuat ICBP terpapar risiko pihak berelasi dan masalah tata kelola. Meskipun begitu, sebagian risiko ini dapat dimitigasi oleh kepentingan strategis ICBP bagi grup Indofood. Mengingat, ICBP merupakan kontributor utama pendapatan dan dividen INDF, offtaker utama bahan baku, dan pengguna utama layanan distribusinya. Sebagaimana diketahui, sebesar 80,53% saham ICBP dimiliki oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang dikontrol oleh Salim Group. Menurut Stephanie, tingkat leverage ICBP per akhir Desember 2020 tergolong tinggi, yakni 3,6 kali seiring dengan adanya peningkatan utang untuk mengakuisisi Pinehill Company Limited pada Agustus 2020 sebesar US$ 3 miliar.
Baca Juga: Tertolong Harga CPO dan Mi Instan, Saham INDF Masih Layak Jadi Pilihan Ia menilai, tingkat leverage tinggi ini dapat ditoleransi sementara mengingat adanya sejumlah kentungan strategis setelah akuisisi, seperti penambahan skala dan diversifikasi geografis produk ke Timur Tengah dan Afrika. Moody's memperkirakan, seiring dengan pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan, leverage ICBP dapat membaik hingga sekitar 2,5 kali pada 2023. Moody's juga berharap ICBP dapat mempertahankan posisi likuiditas yang sangat baik, didukung oleh keseimbangan kas yang tinggi dan arus kas bebas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi