Untung dari usaha mainan jungkat-jungkit



Usaha pembuatan mainan anak-anak terus berkibar. Berbagai bentuk mainan diciptakan seperti mainan rocking binatang. Setelah banyak didominasi produk impor, banyak pengusaha dalam negeri yang mulai membuat sendiri mainan jungkat-jungkit ini. Walau harga bahan baku naik turun, untung dari rocking binatang terus meluncur. Mainan anak-anak terus berkembang. Tak hanya memberi kesenangan dan kegembiraan bagi anak, berbagai jenis mainan juga diciptakan dengan menggabungkan unsur edukasi atau pendidikan. Wajar bila usaha mainan tidak ada matinya. Salah satu permainan anak yang cukup menarik dan banyak digemari saat ini adalah rocking binatang. Mainan jungkat jungkit dengan balutan boneka binatang seperti gajah, jerapah, kuda dan macan ini digemari karena bentuknya yang menarik. Tyta W. Swargarini, pemilik CV Persada Sinar Gemilang di Semarang, mengatakan bahwa bisnis pembuatan rocking binatang memiliki prospek sangat cemerlang. Karena itu, sejak tiga tahun lalu ia merakit sendiri rocking aneka binatang. "Dulu jenis mainan ini cenderung didominasi produk-produk impor," katanya.Pembuatan rocking binatang menjadi salah satu bentuk mainan yang diproduksi Persada Sinar Gemilang. Jika dulu hanya fokus pada mainan edukasi yang dari kayu, saat ini rocking binatang menjadi penambah keuntungan Tyta. Tyta menjual rocking binatang buatannya dengan harga Rp 350.000 per unit. Dengan ukuran 80 cm x 32 cm x 60 cm, mainan ini memiliki berat kurang lebih 7 kilogram. Dalam sebulan Tyta mampu menjual 50 sampai 100 unit rocking binatang, sehingga omzetnya mencapai Rp 25 juta per bulan. Permintaan rocking binatang datang dari seluruh penjuru Indonesia. "Paling banyak permintaan datang dari luar Jawa," ujarnya. Selain dari konsumen individu, pesanan juga banyak datang dari sekolah TK dan kelompok bermain.Tyta menceritakan, pembuatan mainan ini cukup mudah. Proses pembuat satu rocking makan waktu 5-7 hari kerja. Selain besi dan kayu mahoni untuk rangka mainan, diperlukan juga busa dan dakon untuk alas dan boneka binatang. Dengan semakin banyaknya permintaan, Tyta menambah jumlah pekerja dari dua orang menjadi 10 pekerja. Kendala utama yang dia hadapi saat ini adalah fluktuatifnya harga bahan baku, seperti besi dan kayu mahoni. "Promosi juga harus terus dilakukan untuk meningkatkan penjualan," kata Tyta. Karena itu, dia banyak menggunakan internet untuk memasarkan produk mainan edukasinya, termasuk rocking binatang. Keuntungan dari bisnis pembuatan mainan anak juga dirasakan Rudi Anwar. Rudi adalah pembuat rocking binatang asal Bekasi, Jawa Barat. Meski baru memulai usaha sejak satu tahun lalu, Rudi sudah kebanjiran pemesan. Saat ini, ia melayani permintaan sekitar 70 rocking binatang per bulannya. Rudi menjual produknya mulai harga Rp 200.000 - Rp 350.000 per unit, tergantung motif kulitnya. "Omzet bisa sekitar Rp 12 juta per bulannya," ujar pemilik usaha CV Kreasi Gemilang ini. Saat ini, Rudi hanya memproduksi jenis rocking dengan bentuk kuda. Ia beralasan, anak-anak lebih tertarik dengan binatang kuda untuk tunggangan. "Orang tua merasa aman karena anak-anaknya tidak perlu naik kuda sungguhan," ujarnya berseloroh.Rudi menawarkan produknya di sekitar Jabodetabek. Pemesannya rata-rata datang dari sekolah-sekolah TK. Namun ke depan, ia ingin meluaskan pangsa pasar sampai Pulau Sumatra dan bagian timur Jawa. Untuk itu dia banyak menggunakan jejaring sosial, seperti blog, Facebook dan Twitter untuk berpromosi. Berbeda dengan Tyta yang menggunakan bahan dasar kayu mahoni dan besi, Rudi menggunakan kayu sonokeling. "Kayu sonokeling lebih kokoh dan kuat," tegasnya. Walau lebih sulit didapatkan, namun Rudi mengaku tidak khawatir dengan pasokan kayu mahoni karena sudah memiliki pemasok tetap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi