Untung rugi impor jagung di setop



JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) mengklaim adanya dampak positif pasca penutupan keran impor jagung selama dua tahun. Selain penambahan luas tanam jagung, kebijakan itu juga telah menaikkan pendapatan bagi para petani jagung.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman bilang, saat ini luas lahan perkebunan jagung mencapai lebih dari 6 juta hektare (ha). Luasan itu meningkat 20% dibandingkan sebelum ada kebijakan penutupan impor yang mencapai sekitar 5 juta ha.

Dia menyebutkan beberapa wilayah yang mengalami peningkatan luas lahan dan produksi jagung antara lain Gorontalo, Sumbawa, Bima dan beberapa wilayah Nusa Tenggara barat (NTB). "Kenaikannya kurang lebih bisa mencapai 100%," klaim Amran, Senin (3/7).


Bahkan menurutnya, dari kebijakan penutupan impor jagung tersebut, pemerintah dapat menghemat sebesar Rp 12 triliun dari devisa yang seharusnya dibayarkan ketika impor. Sekadar catatan, tahun 2016 lalu impor jagung yang diajukan mencapai 4 juta ton.

Selain itu, Amran menambahkan, kesejahteraan petani jagung pada saat ini mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan pemerintah telah menerapkan kebijakan berupa harga acuan pembelian di tingkat petani. Harga jagung ditingkat petani saat ini Rp 3.500 per kilogram (kg). Sebelumnya, harga beli jagung ditingkat petani hanya dihargai Rp 1.500 per kg. Dengan kenaikan harga pembelian ini, petani berlomba-lomba meningkatkan produksi jagung.

Margin menyusut

Walau kebijakan ini diklaim telah menguntungkan petani jagung, namun tidak demikian bagi produsen pakan ternak. Produsen pakan ternak merasa berat karena penghentian impor membuat harga jagung menjadi lebih mahal.

Sekadar catatan, bila saat sebelum penutupan impor jagung produsen pakan ternak dapat membeli jagung dengan harga kisaran Rp 3.000 per kg, saat ini mereka harus membeli dengan harga sekitar Rp 4.000 per kg. Harga itu belum termasuk biaya pengiriman yang dapat mencapai Rp 400 per kg-Rp 500 per kg.

Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Anton mengatakan, kenaikan harga jagung dalam negeri tidak akan membuat produsen pakan ternak terburu-buru menaikkan harga pakan ternak. Sebab, produsen pakan ternak akan menyesuaikan kondisi peternak ayam yang berfluktuasi.

Dengan tidak adanya kenaikan harga pakan itu, otomatis membuat margin keuntungan yang didapat oleh produsen pakan bakal mengecil. "Berkurangnya margin keuntungan itu berbeda-beda tergantung efisiensi yang dilakukan masing-masing perusahaan. Tapi berkurangnya margin keuntungan itu tidak akan mencapai 50%," kata Anton.

Agar kenaikan harga jagung tidak terlalu tinggi, pengusaha pakan berharap pemerintah segera memperluas lahan tanam jagung. Selain itu, pengolahan pasca panen juga harus diperhatikan karena di tingkat petani masih minim kepemilikan alat pengering. Sebagai negara tropis, jagung mudah rusak bila perlakuan pasca panen tidak diperhatikan dengan baik. Jagung akan membusuk bila disimpan tidak dalam kondisi kering.

Sedangkan bagi produsen benih jagung dalam negeri, kebijakan penutupan impor jagung ini disambut positif. "Kebijakan (pengetatan) impor jagung tidak terkait langsung dengan BISI, namun dengan aturan ini membuat petani jagung mendapat harga yang baik, petani makin bersemangat untuk menanam jagung. Baik dari kualitas dan lahan ada perluasan," kata Presiden Direktur PT Bisi International Jemmy Eka Putra.

Hal senada juga diutarakan oleh Ganesh Pamugar Satyagraha, Direktur Utama Monsanto Indonesia. Menurutnya, kebijakan ini membawa berkah bagi industri benih di dalam negeri karena permintaan melonjak drastis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini