KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi inti Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari konsensus dinilai bisa meningkatkan risiko kebijakan moneter yang lebih agresif. Hal ini mengarah pada meluasnya sikap untuk menghindari risiko (
risk-off), meredupnya prospek pertumbuhan, serta menguatnya nilai tukar dolar AS. Namun,
Equity Research Division Head BRI Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto menilai, terdapat sejumlah sektor yang bisa menjadi
safe haven selama terjadinya gejolak pasar jangka pendek, diantaranya emiten yang berkaitan dengan konsumsi domestik, ketahanan pangan dan energi, serta emiten yang penghasilannya berupa dolar AS. Dengan membaiknya kegiatan ekonomi, ditambah dengan kepercayaan konsumen yang lebih kuat, Helmy memperkirakan pertumbuhan ekonomi inklusif akan tetap terjadi, yang bermuara pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang lebih solid.
Kondisi ini mendorong laba bersih emiten menjadi lebih solid di kuartal mendatang.
Baca Juga: Porsi Ekspor Berpotensi Meningkat, Simak Rekomendasi Saham PTBA Berikut Ini Dengan perkiraan adanya gejolak pasar jangka pendek, BRI Danareksa Sekuritas merotasi preferensi sektoral miliknya, terutama ke segmen yang diuntungkan oleh kenaikan inflasi domestik, seperti emiten bahan pokok, telekomunikasi, dan operator jalan tol. Pilihan teratas atau
top picks di sektor ini adalah PT Unilever Indonesia Tbk (
UNVR), PT XL Axiata Tbk (
EXCL) dan PT Jasa Marga Tbk (
JSMR). Emiten di sektor ketahanan pangan dan energi juga dapat meraup untung dari penguatan dolar AS, termasuk saham berbasis komoditas dan unggas. Pilihan teratas di sektor ini diantaranya PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO), PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA), dan PT Japfa Confeed Indonesia Tbk (
JPFA).
“Perbankan juga akan terus melaporkan hasil kinerja yang solid. Koreksi mendalam di sektor ini seharusnya dilihat sebagai peluang untuk melakukan akumulasi,” terang Helmy, Senin (13/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi