Upah Buruh Naik, Investasi di Industri Alas Kaki



JAKARTA. Peningkatan upah buruh berimbas pada kinerja industri alas kaki dan penyamakan kulit. Pasalnya, kenaikan upah buruh menekan investasi di sektor ini.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan pada semester I-2013, investasi penanaman modal asing (PMA) di industri alas kaki dan penyamakan kulit mencapai US$ 29,2 juta. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, investasi PMA sektor ini mencapai US$ 123,2 juta.

Artinya, investasi asing di sektor ini pada semester I-2013 anjlok 76,3% ketimbang semester I-2012. Penurunan investasi juga terjadi pada penanaman modal dari dalam negeri (PMDN). Pada semester I-2013 investasi sektor alas kaki dari PMDN hanya Rp 100 juta. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu investasi dari dalam negeri mencapai Rp 20,3 miliar.


Sekretaris Jenderal Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Binsar Marpaung menuturkan, tren penurunan investasi di sektor alas kaki antara lain disebabkan kenaikan upah buruh yang signifikan. Alhasil, "Banyak yang menunda rencana investasi," katanya, Senin (19/8).

Ditambah lagi, kata Binsar, pasar ekspor juga belum sepenuhnya pulih dari krisis. Kondisi pasar yang lesu ini menyebabkan persaingan pemesanan sepatu makin ketat.

Di sisi lain, industri alas kaki di negara tetangga seperti Vietnam terus tumbuh positif. Upah buruh yang lebih rendah dengan produktivitas yang lebih tinggi menjadi salah satu alasan negara itu diminati investor alas kaki.

Tak heran, Vietnam menjadi salah satu pengalihan order dari pemegang merek sepatu global. "Pertumbuhan investasi alas kaki di Vietnam sangat pesat," ujar Binsar. Sayangnya, ia tak mau membeberkan secara rinci berapa banyak pemegang merek sepatu internasional yang mengalihkan ordernya ke Vietnam.

Akibat lesunya investasi di sektor alas kaki, Binsar memperkirakan kinerja ekspor alas kaki tahun ini tak akan jauh berbeda dibanding capaian tahun lalu. Pada 2012, ekspor sepatu asal Indonesia mencapai US$ 3,3 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi